Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.(QS.Al-Ahzab:21)

Kamis, 20 November 2014

Penyakit Kronis Kenakalan Remaja

Penyakit Kronis Kenakalan Remaja
Dewasa ini fenomena  kenakalan remaja telah menjamur di lingkungan dunia sekolah, bahkan telah menjadi penyakit kronis yang sulit untuk dihindari. Lebih parah lagi, kenakalan remaja saat ini telah meresahakan masyarakat, semisal kasus narkoba, perkosaan, pengeroyokan bahkan pembunuhan. Ironisnya, hal tersebut terjadi diseluruh tingkatan pendidikan dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Sejatinya, kenakalan merupakan hal yang normal pada remaja karena pada usia tersebut mereka mengalami masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Dikatakan normal apabila perilaku tersebut tidak meresahkan dan merugikan sekelilingnya. Namun yang terjadi sekarang adalah perilaku remaja telah keluar dari batasan normal bahkan dapat dikategorikan sebagai perbuatan pidana.
Dalam kacamata psikologi, Pada masa transisi remaja memiliki potensi yang besar untuk melakukan hal-hal yang menyimpang dari kondisi normal. Mereka cenderung ingin melakukan hal yang dianggap wah dan berbeda dari yang lain. Selain pengaruh psikologi, lingkunganpun memiliki peranan yang penting dalam pembentukan karakter remaja. Lingkungan adalah tempat mereka bersosialisasi dan menimba pengalaman yang didalamnya terdapat berbagai macam adat, kebiasaan, dan karakter yang berbeda-beda. Seseorang dapat menjadi buruk karena hidup dalam lingungan yang buruk. Kondisi semacam itu memungkinkan seseorang untuk melakukan hal yang menyimpang karena lingkungan telah mengalami demoralisasi sosial. Norma social dan agama seakan lenyap dari lingkungan tersebut.
 Orang tua sebagai pendidik paling awal bagi anak-anakanya harus menjadi garda terdepan dalam membangun karakter anak(Character Builiding). Orang tau harus memiliki sifat yang baik  sehingga dapat menjadi teladan bagi buah hatinya. membangun karakter anak dengan cara yang benar, penuh cinta kasih, dan kebaikan. Keluarga yang selalu memberi hukuman dan otoriter akan membentuk kepribadian anak yang keras dan agresif. sebaliknya jika keluarga memberikan pendidikan yang preventif berupa nasihat dan pujian serta melakukan pencegahan maka akan membentuk kepribadian anak yang mudah menghargai orang lain, jauh dari kekerasan dan perilaku menyimpang lainnya. ditengah arus globalisasi dan perkembangan teknologi orang tua harus selalu mengawasi dan selektif  dalam memberikan tontonan kepada anak karena masa anak adalah masa menirukan apa yang mereka lihat. Pilihlah tontonan yang mengedukasi dan mendukung perkembangan aspek motoric dan psikomotorik anak, hindari tayangan yang berbau kekerasan, pornografi dan sebagainya.

Selain keluarga, sekolah yang menjadi rumah kedua bagi anak harus mampu menciptakan kultur yang positif bagi perkembangan karakter maupun perkembangan psikis anak. Dimulai dari  pendidikan yang mengedepankan kasih sayang tanpa kekerasan dan pemberian penghargaan terhadap prestasi semua siswa misalnya ucapan terimakasih maupun pujian yang akan menumbuhkan semangat siswa dalam belajar. Gurupun harus menjadi inspirasi dan tauladan bagi siswanya sehingga mampu menumbuhkan cinta belajar, semangat berbuat kebaikan sehingga akan tercipta siswa-siswa yang memiliki karakter jujur, toleransi, bertanggung jawab, etos kerja yang tinggi dan pantang menyerah. Semoga remaja Indonesia kelak tumbuh dalam suasana penuh kedamaian dan persatuan yang mampu membawa Indonesia yang lebih berkarakter.

2 komentar: