METODE DISCOVERY
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Globalisasi yang sedangterjadisaatinitelahmembawapengaruhdanperubahandalamberbagaibidang.
Kemajuanilmupengetahuandanteknologimemberikanbanyakdampakdalamkehidupanmanusia,
baikdampakpositifmaupunnegatif.Duniapendidikanjugatidakluputdaripengaruhkemajuanilmupengetahuandanteknologitersebut.
Proses pembelajaran yang adasaatinitidakhanyadilakukandengancara guru
meyampaikanmaterisecaralisansaja, melainkanjugamemanfaatkanadanya multimedia
sebagaisaranadalamkegiatanbelajar-mengajar.
Multimediatelahbanyakdimanfaatkandalamduniapendidikankarenamembantusiswa
agar lebihmudahdalammemahamimateri yang sedangdipelajari. Hal
inidisebabkankarenamelalui multimedia
penyampaianmateribisaditampilkansecaralebihmenarik.
Contohnyadalammatapelajaranfisika. Padaumumnyasiswaberanggapanbahwafisikaitusulitkarenadidalamnyaidentikdenganrumusdanangka.
Untukitulahperan multimedia menjadipentingdalam proses
pembelajaran. Karenamelalui multimedia
materipembelajaranbisadibuatmenjadilebihmenarik. Dengantampilan yang
lebihmenarikmakaakanmembuatpesertadidikmenjadilebihbersemangatdalambelajarsehinggamerekaakanlebihmudahuntukmemahamimateritersebut.
B.
RumusanMasalah
1. Bagaimana definisi discovery?
2. Apa saja manfaat discovery dalam
pembelajaran?
3. Apa saja tujuan dari discovery dalam
pembelajaran?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan metode discovery?
5. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan
metode discovery?
6. Apa saja jenis-jenis metode discovery?
7. Bagaimana aplikasi discovery dalam
pembelajaran?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi discovery.
2. Mengetahui manfaat discovery dalam
pembelajaran.
3. Mengetahui tujuan discovery dalam
pembelajaran.
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan metode discovery.
5. Mengetahui langkah-langkah pelaksanaan
metode discovery.
6. Mengetahui jenis-jenis metode disovery.
7. Mengetahui aplikasi discovey dalam pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Metode Pembelajaran Discovery
Penemuanadalahterjemahandaridiscovery. MenurutSund, discoveryadalah proses mental dimanasiswamampumengasimilasikansesuatukonsepatauprinsip.
Proses mental tersebutialahmengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan,
membuatdugaan, menjelaskan, mengukur, membuatkesimpulandansebagainya.
Sedangkan Jerome Bruner[1] berpendapat bahwa guru
harusmenciptakansituasi, di
manasiswadapatbelajarsendiridaripadamemberikansuatupaket yang
berisiinformasiataupelajarankepadasiswa.
Menurut Moh. Amin, pengajarandiscoveryharusmeliputipengalaman-pengalamanbelajaruntukmenjaminsiswadapatmengembangkan
proses-proses discovery. Inquiry dibentukdanmeliputidiscoverydanlebihbanyaklagi.
Dengan kata lain, inquiry adalahsuatuperluasan proses-proses discovery
yang digunakandalamcaralebihdewasa. Sebagaitambahanpada proses-proses discovery,
inquiry mengandung proses-proses mental yang lebihtinggitingkatannya,
misalnyamerumuskanproblemasendiri, merancangeksperimen, melakukaneksperimen,
mengumpulkandanmenganalisis data, menarikkesimpulan,
mempunyaisikap-sikapobyektif, jujur, hasratingintahu, terbuka, dansebagainya.
B. TujuanDiscovery
Denganmelakukankegiatan-kegiatandiscoverydenganbaik,
makaakandiperolehsejumlahtujuan. Pertama, memperkuatinformasipengetahuan
yang sudahdiperolehsiswa,
terutamajikabahanmatapelajarandapatdisampaikandengancaraberbeda. Kedua, mengembalikankonsep-konsep
yang sulit yang perludidiskusikanlagidengansiswa-siswasecaralebihterinci. Ketiga,
berpikirkembalitentangmasalah-masalah yang sulit,
karenasiswakadang-kadangmelihatpenyelesaianmasalah yang sebelumnyatidaktampak. Keempat,menyampaikanbahandaribeberapamasalah-masalah
yang
belumterselesaikanuntukmembantusiswamemperbaikiketerampilanintelektualmerekasehinggasecaraperlahan-lahanmemberi
Sebagaidampakpembelajarandalam
model iniadalahstrategipenelitiandansemangatkreatif. Sedangkandampakpengiringnyaadalahhakikattentatifkeilmuan,
keterampilan proses keilmuan, otonomisiswa,
toleransiterhadapketidakpastiandanmasalah-masalah non rutin.[2]
C. ManfaatDiscovery
Belajarmenemukansesuatubanyakmanfaatnyadalamhubungannyadenganilmupengetahuandanmatapelajaran.
Contoh, beberapa museum ilmupengetahuanmemilikisatuseritabungsilinder yang
berbedaukurandanberatnya, beberapaada yang padat, danbeberapaada yang
berlubang. Siswadidoronguntuk “berlomba” memiringkankebawah. Denganeksperimen
yang hati-hatisiswadapatmenemukankecepatandarisilinder-silindertersebut. Ada
beberapamanfaatataukeuntunganpentingdaridiscovery learning. Pertama,
discovery learning menimbulkankeingintahuansiswa,
dapatmemotivasimerekauntukmelanjutkanpekerjaansampaimerekamenemukanjawaban-jawaban.
Kedua, pendekataninidapatmengajarketerampilanmenyelesaikanmasalahsecaramandiridanmungkinmemaksasiswauntukmenganalisisdanmemanipulasiinformasi,
dantidakhanyamenyerapsecarasederhanasaja.
Penerapannyadalampelajaran. Guru yang biasamenggunakanteoridiscovery
learning seharusnyamendorongsiswauntukselalumandiridanpercayadirimulaidaripermulaansiswamasuksekolahpertama
kali. Tetapi, bagaimanakitadapatmembantusiswasupayamandiri? Mungkinjawaban yang
paling tepatdariperpektifdiscovery learning adalahmembiarkansiswa-siswamengikutiminatmerekasendiriuntukmencapaikompetendankepuasandarikeingintahuanmereka.
Guru sebaiknyamendorongsiswauntukmenyelesaikanmasalah-masalahmerekasendiriuntukdaripadamengajarmerekadenganjawaban-jawaban
guru.
Siswaakanmendapatkeuntungan-keuntungandenganmelihatdanmelakukanhal-haldarihanyasekadarmendengarceramahatau
kata-kata guru. Guru dapatmembantusiswamengertikonsep-konsep yang sulitdenganmenggunakanparagaanatagambar-gambar.
Mengajarharusluwes (flexible) danmenyelidikiataumenjelajahi
(exploratory). Jikasiswatampakberjuangdengansatukonsep,
berilahwaktukepadasiswauntukmencobamenyelesaikanmasalahmerekasendirisebelum
guru memberikanpenyelesaiannya.
Hal-hal lain yang pentinguntuk guru
adalahmempertimbangkansikapsiswadalambelajar. Menurut Bruner,
sekolahharusmenimbulkankeingintahuan, mengurangirisikokegagalan,
danserelevanmungkinuntuksiswa.[3]
D. Kelebihan dan Kekurangan Discovery
Mengenaikelebihandankekuranganmetodepenemuan/discoverydiuraikanolehSudirman
N, dkk (1992) sebagaiberikut :
Kelebihanmetodediscoveryadalahsebagaiberikut :
1.
Siswa
aktif dalam kegiatan belajar mengajar
2.
Siswa
memahami pelajaran
3.
Menimbulkan
rasa puas bagi siswa
4.
Siswa
akan dapat mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks
5.
Melatih
siswa belajar mandiri
Kekuranganmetodepenemuandiscovery:
1.
Memerlukan
perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima informasi dari guru apa
adanya.
2.
Guru
dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi,
sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar. Ini pun
bukan pekerjaan yang mudah karena umumnya guru merasa belum puas kalau tidak
banyak menyajikan informasi (ceramah).
3.
Metode
ini memberikan kebebasan pada siswa dalam belajar, tetapi tidak berarti
menjamin bahwa siswa belajar dengan tekun, penuh aktivitas, dan terarah.
4.
Cara
belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yang lebih baik. Dalam
kondisi siswa banyak (kelas besar) dan guru terbatas, agaknya metode ini sulit
terlakasanakan dengan baik.
5.
Menyita
banyak waktu bagi pendidik dan peserta didik.
6.
Tidak
semua siswa mampu melakukan penemuan.
E. Langkah-langkahMetode PembelajaranDiscovery
Disovery learning menurut Jerome Bruner yaitu dengan cara menyarankansiswa agar
belajarmelaluikegiatanmerekasendiridenganmemasukkankonsep-konsepdanprinsip-prinsip,
di
manamerekaharusdidoronguntukmempunyaipengalamandanmelakukaneksperimendanmembiarkanmerekauntukmenemukanprinsip-prinsipbagimerekasendiri.
Contoh, daripadamengajarisiswamenghitung (x+1)2 = x2 + 2x
= 1, diamenyarankan guru menggunaknsuatu proses di
manasiswa-siswabereksperimendengantigabentukbalok. Pertama,
balokberbentukempatpersegipanjangdandiberitahukankepadasiswabahwalebarnyaa 1 inci
(2,45 cm) danpanjangnya x. Balokkeduaberbentukempatpersegi, di manapanjangnya x
danlebarnya x, danbalokketigaberbentukempatpersegi yang panjangnya 1
danlebarnya 1. Denganmenyatukanbalok-balokmenjadiempatpersegi yang lebihbesar,
siswamenemukanbahwauntukmembuatempat yang lebihbesar ,
merekaharusmenambahbalokempatpersegipanjangpadasetiapsisibalok yang berukuran x
kali x(x2). Merekajugaharusmenambahbalokberukuran 1 kali 1.[4]
Menurut Gilstrap dalam buku Suryosubroto menyatakan bahwa langkah-langkah yang harus ditempuh kalau
seorang guru melaksanakan metode discovery adalah sebagai berikut:
1.
Menilai kebutuhan dan minat siswa, dan menggunakannya
sebagai dasar untuk menentukan tujuan yang berguna dan realistis untuk mengajar
dengan penemuan.
2.
Seleksi pendahuluan, atas dasar kebutuhan dan minat
siswa, prinsip-prinsip, generalisasi, pengertian dalam hubunganya dengan apa
yang akan dipelajari.
3.
Mengatur susunan kelas sedemikian rupa sehingga
memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran siswa dalam belajar dengan penemuan.
4.
Bercakap-cakap dengan siswa untuk membantu menjelaskan
peranan.
5.
Menyiapkan suatu situasi yang mengandung masalah yang
minta dipecahkan.
6.
Mengecek pengertian siswa tentang masalah yang digunakan
untuk merangsang belajar dengan penemuan.
7.
Menambah berbagai alat peraga untuk kepentingan
pelaksanaan penemuan.
8.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat
mengumpulkan dan bekerja dengan data, misalnya tiap siswa mempunyai sebuah
tabung yang diamatinya dan dicatatnya.
9.
Mempersilahkan siswa mengumpulkan dan mengatur data
sesuai dengan kecepatanya sendiri, sehingga memperoleh tilikan umum.
10.
Memberi kesempatan kepada siswa melanjutkan pengalaman
belajar, walaupun sebagai atas tanggung jawabnya sendiri.
11.
Memberi jawaban dengan tepat dan cepat dengan data dan
informasi kalau ditanya dan kalau ternyata diperlukan siswa dalam kelangsungan
kegiatannya.
12.
Memimpin anlisisnya sendiri melalui percakapan dan
eksplorasinya sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengindentifikasi
proses.
13.
Mengajarkan keterampilan untuk belajar dengan penemuan
yang diidentifikasi oleh kebutuhan siswa, misalnya latihan penyelidikan.
14.
Merangsang interaksi siswa dengan siswa, misalnya
merundingkan strategi penemuan, mendiskusikan hipotesis dan data yang
terkumpul.
15.
Mengajukan pertanyaan tingkat tinggi maupun pertanyaan
tingkat yang sederhana.
16.
Bersikap membantu jawaban siswa, ide siswa, pandangan dan
tafsiran yang berbeda. Bukan menilai secara kritis tetapi membantu menarik
kesimpulan yang benar.
17.
Membesarkan siswa untuk memperkuat pertanyaannya dengan alasan
dan fakta.
18.
Memuji siswa yang sedang bergiat dalam proses penemuan,
misalnya seorang siswa yang bertanya kepada temannya atau kepada guru tentang
berbagai tingkat kesukaran dan siswa yang mengindentifikasi hasil dari
penyelidikannya sendiri.
19.
Membantu siswa menulis atau merumuskan prinsip, aturan,
ide, generalisasi atau pengertian yang
menjadi pusat dari masalah semula dan yang telah ditemukan melalui strategi
penemuan.
20. Mencek
apakah siswa menggunakan apa yang telah ditemukannya, misalnya
pengertian atau teori atau teknik, dalam situasi berikutnya; situasi dimana
siswa bekas menentukan pendekatannya.[5]
F. Jenis-jenisDiscovery
1.
GuidedDiscovery
Sebagian perencanaan dibuat oleh guru, selain itu guru menyediakan
kesempatan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Dalam hal ini
siswa tidak merumuskan problema, sementara petunujuk yang cukup luas tentang
bagaimana menyusun dan mencatat apa yang diberikan oleh guru.
2.
Modified Discovery
Guru
hanya memberikan problema saja. Biasanya disediakan bahan atau alat-alat yang
diperlukan, kemuadian siswa diundang untuk memecahkannya melalui pengamatan,
eksplorasi dan atau melalui prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannya.
Pemecahan masalah dilakukan atas inisiatif dan caranya sendiri secara
berkelompok atau perseorangan. Guru berperan sebagai pendorong, nara sumber,
dan memberikan bantuan yang diperlukan untuk menjamin kelancaran proses belajar
siswa.
G.
Aplikasi Discovery dalam Multimedia Pembelajaran Fisika
Pendidik menampilkan fenomena fisika dengan multimedia dan peserta
didik menganalisis terhadap apa yang mereka tangkap dari fenomena yang
diberikan. Dalam hal ini, seorang guru belum memberikan penjelasan satupun
tentang disiplin keilmuwan yang akan didapat dari melihat fenomena fisika dalam
multimedia tersebut. Kemudian peserta didik menjelaskan apa yang mereka pahami
dari pengamatan mereka. Sehingga peserta didik mendapatkan kebebasan dalam
meng-interpretasi kan fenomena yang kemudian penemuan secara tidak langsung
inilah yang sejatinya akan lebih melekat pada daya ingat peserta didik. Setelah
itu guru baru menjelaskan disiplin keilmuwan yang menjadi materi.
BAB III
KESIMPULAN
A.
Kesimpulan
Dari materi yang telah dijelaskan
diatas dapat disimpulkan bahwa metode discovery adalah sebuah metode yang
digunakan dalam proses belajar mengajar dalam bentuk penemuan. Seorang pendidik
menyajikan sebuah bentuk permasalahan, dan peserta didik harus memecahkan
permasalahan tersebut. Sehingga terciptalah sebuah penemuan yang dapat
meningkatkan daya kreatifitas siswa, melatih kemandirian siswa, menambah daya
ingat dalam materi tersebut dan menimbulkan rasa puas tersendiri bagi peserta
didik.
Akan tetapi ada beberapa kelemahan yang
diperoleh ketika seorang pendidik menerapkan metode discovery. Yaitu perlunya
kebiasaan yang cara belajar yang harus diubah, siswa tidak dijamin dapat
belajar dengan tekun, penuh aktivitas dan terarah, perlu adanya bimbingan dari
pendidik, tidak semua siswa dapat menemukan sebuah pemecahan/penemuan masalah
yang dihadapi dan tentunya metode ini dapat memakan waktu yang lama. Penerapan
metode discovery dalam pembelajaran fisika khususnya menggunakan multimedia
adalah dengan cara pendidik menampilkan fenomena
fisika dan peserta didik menganalisis terhadap apa yang mereka tangkap dari
fenomena yang diberikan. Kemudian peserta didik menjelaskan apa yang mereka
pahami dari pengamatan mereka. Kasus dari penerapan tersebut dapat ditampilkan
dalam berbagai software yang ada
dalam multimedia, sebagai contoh dapat disajikan menggunakan corel atau
adobeflash.
DAFTAR PUSTAKA
Djiwandono, Sri Esti Wuryani. 2002.Psikologi Pendidikan.Jakarta:
Grasindo.
Suryosubroto, B. 2008.Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta
: Rineka Cipta.
[1] Bruner
mengatakandalambukunyathe act of Discovery: We teach a subject not to
produce little living libraries on that subject, but rather to get a student to
think.. for himself, to consider matters as an historian does, to take part in
the process of knowledge-getting. Knowing is a process, not a product.
[2]Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta:
Grasindo, 2002), hlm: 173
[3] Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta:
Grasindo, 2002), hlm: 172
[4] Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta:
Grasindo, 2002), hlm: 170
[5] B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (Jakarta
: Rineka Cipta, 2008), hlm. 200
Tidak ada komentar:
Posting Komentar