BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Psikodinamika merupakan salah satu
pendekatan yang cukup tua, tentu saja salah satunya disebabkan karena
pendekatan ini merupakan pendekatan yang pertama kali muncul dalam dunia
psikologi.
Teori psikodinamika adalah teori
yang berusaha menjelaskan hakikat dan perkembangan kepribadian. Unsur-unsur
yang diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi, dan aspek-aspek
internal lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika
terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek psikologis tersebut, yang pada umumnya
terjadi pada anak usia dini.
Teori psikodinamika atau tradisi
klinis berangkat dari dua asumsi dasar. Pertama, manusia bagian dari dunia
binatag. Kedua, manusia adalah bagian dari sistem energi. Kunci utama untuk
memahami manusia menurut paradigma psikodinamika adalah mengenali semua sumber
terjadinya pelaku, baik itu berupa dorongan yang disadari maupun yang tidak
disadari. Maka, untuk menembah pemahaman tentang teori psikodinamika, pada
kesempatan kali ini kami akan menjelaskan teori tersebut secara menyeluruh.
B. Rumusan Masalah
1. Siapa tokoh yang berperan dalam teori
perkembangan psikodinamika?
2. Bagaimana fase-fase perkembanganan menurut
teori yang dikemukakan oleh Sigmund
Freud?
3.
BagaimanaTeori Perkembangan Anak Perspektif Psikodinamika
Erikson
4. Bagaimana pengaplikasian teori perkembangan
psikodinamika terhadap pembelajaran fisika?
5. Bagaimana contoh penerapan psikodinamika pada pembelajaran
fisika
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tokoh yang berperan dalam
teori perkembangan psikodinamika
2. Untuk mengetahui fase-fase perkembanganan
menurut teori yang dikemukakan oleh edmund freud.
3. Untuk mengetahui Teori
Perkembangan Anak Perspektif Psikodinamika Erikson
4. Agar bisa mengaplikasikan teori perkembangan
psikodinamika dalam pembelajaran fisika.
5. Agar bisa menerapkan dan atau
memahami beberapa contoh dari teori perkembangan psikodinamika.
BAB
II
ISI
Teori psikodinamika adalah teori yang berusaha
menjelaskan hakikat dan perkembagan kepribadian. Teori ini di dasarkan pada
asumsi bahwa prilaku berasal dari gerakan dan interaksi dalam fikiran manusia,
kemudian pikiran merangsang prilaku dan keduanya saling mempengaruhi dan di
pengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Setiap tindakan kita merupakan hasil interaksi
dan pergerakan dalam fikiran kita. Kunci utama untuk memahami manusia menurut
paradigma psikodinamika adalah mengenali semua sumber terjadinya prilaku, baik
itu berupa dorongan yang di disadari maupun yang tidak di sadari.
A.
PENCETUS TEORI PSIKODINAMIKA
1. SIGMUND
FREUD
Sigmund
Freud lahir, 6 Mei 1856 di Freiberg, dan meninggal di London, 23 September 1939
pada umur 83 tahun. Sigmund Freud adalah seorang Austria keturunan Yahudi dan
pendiri aliran psikoanalisis dalam bidang ilmu psikologi. Menurut Freud,
kehidupan jiwa memiliki tiga tingkatan kesadaran, yakni sadar (conscious),
prasadar (preconscious), dan tak-sadar (unconscious). Konsep dari teori Freud
yang paling terkenal adalah tentang adanya alam bawah sadar yang mengendalikan
sebagian besar perilaku. Selain itu, dia juga memberikan pernyataan bahwa
perilaku manusia didasari pada hasrat seksualitas yang pada awalnya dirasakan
oleh manusia semenjak kecil dari ibunya.
Metode Freud yang digunakan untuk
menyembuhkan penderita tekanan psikologis yaitu asosiasi bebas dan analisis
mimpi. Dasar terciptanya metode tersebut adalah dari konsep alam bawah sadar,
asosiasi bebas adalah metode yang digunakan untuk mengungkap masalah – masalah
yang ditekan oleh diri seseorang. Sedangkan analisis mimpi, digunakan oleh
Freud dari pemahamannya bahwa mimpi merupakan pesan alam bawah sadar yang
abstrak terhadap alam sadar, pesan-pesan ini berisi keinginan, ketakutan dan
berbagai macam aktivitas emosi lain, hingga aktivitas emosi yang sama sekali
tidak disadari. Sehingga metode Analisis Mimpi dapat digunakan untuk mengungkap
pesan bawah sadar atau permasalahan terpendam. Ketika permasalahan alam bawah
sadar ini terungkap, maka untuk penyelesaianselanjutnya akan lebih mudah untuk
diselesaikan.
2. ERIK
ERIKSON
Erik
Erikson lahir di Frankfurt-am-Main, Jerman, 15 Juni 1902 – meninggal di Harwich, Amerika Serikat pada umur 91
tahun.Erik Erikson adalah seorang
psikolog Jerman yang terkenal dengan
teori tentang delapan tahap perkembangan pada manusia. Erikson menjadi terkenal karena upayanya
dalam mengembangkan teori tentang tahap perkembangan manusia yang dirintis oleh
Freud.
B.
TEORI PSIKODINAMIK
1.
Teori Perkembangan Anak Perspektif
Psikodinamika Freud
Freud berpendapat bahwa perkembangan jiwa atau
kepribadian seseorang di tentukan oleh komponen dasar yang bersifat
sosio-efektif, yakni ketegangan yang ada pada diri seseorang itu ikut
menentukandinamika di tengah-tengah lingkungannya. Sehingga Freud membagi
struktur kepribadian atau jiwa seseorang menjadi tiga yaitu:
a. Id
(das es nafsu, keinginan, atau hasrat. Sejak lahir kita telah memiliki
keinginan atau hasrat dan dorongan atas keinginannya.
b. Ego
(das ich bisa di sebut juga dengan akal.
c. Superego
(das uaber es hati nurani
Selajutnya Freud menyatakan bahwa perkembangan
kpribadian berlangsung melalui lima fase, yang berhubungan dengan kepekaan pada
daerah-daerah erogen atau bagian tubuh tertentu yang sensitive terhadap
rangsangan. Kelima fase perkembangan kepribadian adalah sebagai berikut:
a. Fase
oral (oral stage: O sampai kira-kira 18 bulan
Pada tahap oral, sumber utama bayi berinteraksi terjadi melalui mulut,
sehingga perakaran dan refleks mengisap adalah sangat penting. Mulut sangat
penting untuk makan, dan bayi merasakan kesenangan dari rangsanga oral melaui
kegiatan memuaskan seperti mencicipi dan mengisap. Karena bayi sepenuhnya
bergantung pada pengasuh (yang bertanggung jawab untuk member makan bayi, bayi
juga mengembangkanrasa kepercayaan dan kenyamanan melalui setimulusi oral.
Konflik utama pada tahap ini adalah prioses penyapihan, anak harus menjadi
kurang bergantung pada para pengasuh. Jika fiksasi terjadi pada tahap ini,
Freud percaya induvidu akan memiliki maslah dengan ketergantungan atau agresi.
Fiksasi oral dapat mengakibatkan maslah dengan minum, merokok makan, atau
menggigit kuku.
b. Fase
anal (anal stage: kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun
Pada tahap anal, Freud percaya bahwa focus awal dari libio adalah pada
pengendalian kandung kemih dan buang air besar. Konflik untama pada tahap ini
adalah pelatihan toilet. Anak harus belajar untuk mengendalikan kebutuhan
tubuhnya. Mengembangkan control ini menyebabkan rasa prestasi dan kemandirian.
Menurut Freud, keberhasilan pada tahap ini tergantung pada cara di mana orang
tua melakukan pendekatan pelatihan
toilet. Orang uyang memanfaatkan pujian dan penghargaan untuk menggunakan
toilet pada saat yang tepat mendorong hasil positif dan membantu anak-anak
merasa mampu an produktif. Freud percaya bahwa pengalaman positif selama tahap
ini menjadikan dasar seseorang menjadi
orang dewasayang kompeten, produktif, dan kreatif. Namun, tidak semua orangtua
memberikan dukungan kepada anak-anak mereka selama tahap ini.Menurut Freud,
pada fase ini apabila pengontrolan orangtua pada anak yang terlalu longgar akan
mengakibatkan anak itu menjadi seorang yang boros dan memiliki kepribadian yang
berantakan. Jika orang tua terlalu ketat atau terlalu dini memulai toilet
traning kepada seorang anak maka kepribadian kuatlah yang akan berkembang di
mana seorang anak akan menjadi tertib, kaku, dan obseif.
c. Fase
falis (phallic stage: kira-kira usia 3 samapai 6 tahun
Pada tahap falis, focus utama dari libido adalah pada alat klamin.
Anak-anak mulai menemukan antara pria dan wanita. Freud juga percaya bahwa anak
laki-laki mulai melihat ayah mereka sabagai saingan untuk memperoleh kasih
sayang ibu. Kompleks Oedipus menggambarkan perasaan ini ingi memiliki ibu dan
ada keinginan untuk menggantika ayah. Namun, anak juga merasa khawatir bahwa ia
akan di hokum oleh ayah untuk perasaan ini, ketakutan ini di sebt Freud sebagai
pengebirian kecemasan.
d. Fase
laten (latency stage: kira-kira 6 sampai pubertas
Periode laten adalah saat eksplorasi di mana energy seksual tetap ada,
tetapi di arahkan ke daerah lain seperti pengejaran intelektual dan interaksi
social. Tahap ini sangat penting dalam pengembangan ketrampilan social,
komunikasi dan kepercayaan diri.
e. Fase
genital (genital stage: pubertas dan selanjutnya
Pada tahap akhir perkembangan psikoseksual, induvidu mengembangkan minat
seksual yang kuat pada lawan jenis. Di mana pada tahap-tahap awal hanya focus
pada kebutuahan induvidu, kepentingan kesejahteraan orang lain tumbuh selama
tahap ini. Jika tahap lainnya telah selesai dengan sukses, induvidu sekaranga
harus seimbang, hangat dan peduli. Tujuan dari tahap ini adalah untuk
menetapkan keseimbanagan antara berbagai bidang kehidupan.
2.
Teori Perkembangan Anak Perspektif
Psikodinamika Erikson
Menurut erikson ada delapan tahap
perkembangan terbentang ketika kita melalui siklus kehidupan. Masing-masing tahap
terdiri dari tugas perkembangan yang khas dan mengedepankan induvidu dengan
suatu krisis yang harus di hadapi. Bagi Erilson krisis inibukanlah suatu
bencana, tetapi suatu titik balik peningkatan kerentanan dan peningkatan
potensi. Semakin berhasil induvidu menghadapi krisis, akan semakin sehat
perkembangan mereka. Berikut adalah tahapan krisis perkembangan menurut erik
Erikson:
a. Kepercayaan
vs ketidak percayaan12-18 bulan
Adalah
suatu tahap psikososial pertama yang di
alami dalam tahun pertama kehidupan. Rasa percaya menuntut perasaan nyaman
secara fisik dan sejumlah kecil kekhawatiran akan masa depan. Kepercayaan pada
bayi menentukan harapan bahwa dunia akan menjadi tempat tinggal yang baik dan
menyenangkan.
b. Autonomy
vs rasa malu dan ragu (12-18 bulan hingga 3 tahun)
Adalah
tahap perkembangan kedua yang berlangsung pada masa bayi dan baru mulai
berjalan (1-3tahun). Setelah memperoleh rasa percaya kepada pengasuh mereka,
bayi mulai menemukan bahwa prilaku mereka adalah atas kehendknya. Mereka menyadari
kemauan mereka dengan rasa mandiri dan otonomi mereka. Bila bayi cenderung di
batasi maka mereka akan cenderung mengembangkan rasa malu dan keragu-raguan.
c. Inisiatif
vs rasa bersalah (3-6 tahun)
Merupakan
tahap ketiga yang berlangsung selama tahun-tahun sekolah. Ketika mereka masuk
dunia sekolah mereka lebih ditantang di banding ketika masih bayi. Anak-anak di
harapkan aktif untuk menghadapi tantangan ini dengan rasa tanggung jawab atas
prilaku mereka, mainan mereka, dan hewan peliharaan mereka. Anak-anak
bertanggung jawab meningkatkan prakarsa. Namun, perasaan bersalah dapat muncul,
bila anak tidak di beri kepercayaan dan di buat mereka sangat cemas.
d. Indistri
vs inverioritas (6 tahun-pubertas)
Berlangsung
salama tahun-tahun sekolah dasar . tidak ada masalah lain yang lebih antusis
dari pada akhir periode masa awal anak-anak yang penuh imajinasi. Ketika
anak-anak memasuki tahun sekolah dasar, mereka mengarahkan energi mereka pada
penguasaan pengetahuan dan ketrampilan intelektual. Yang berbahaya pada tahap
ini adalah perasaan tidak kompeten dan tidak produktif.
e. Identitas
vs kekacauan identitas (pubertas dewasa awal)
Adalah
tahap kelima yang di alami individu selama tahun-tahun masa remaja. Pada tahap
ini mereka dinhadapkan oleh pencarian siapa mereka, bagaimana mereka nanti, dan
kemana mereka akan menuju masa depannya. Satu dimensi yang penting adalah
penjajakan pilihan-pilihan alternatif terhadap peran penjajakan karir merupakan
hal penting. Orang tua harus mengizinkan anak remaja menjajaki bayak peran dan
berbagai jalan. Jika anak menjajaki berbagai peran dan menemukan peran positif
maka ia akan mencapai identitas yang positif. Jika orang tua menolak identitas
remaja sedangkan remaja tidak mengetahui banyak peran dan juga tidak di
jelaskan tentang jalan masa depan yang posotif maka ia akan mengalami
kebingungan identitas.
f. Imitasi
vs isolasi (dewasa awal)
Tahap
ke enam yang di alami pada masa-masa dewasa. Pada masa ini induvidu di hadapi
tugas perkembangan pembentukan relasi intim dengan orang lain, keintiman akan
di capai, kalau tidak, isolasi akan terjadi.
g. Produksifitas
vs staknasi (dewasa tengah)
Tahap
ketujuh perkembangan yang di alami pada masa pertengahan dewasa. Persoalan
pertama adalah membantu generasi muda mengembangkan dan mengarahkan kehidupan
yang berguna (generality). Perasaan belum melakukan sesuatu untuk menolong
generasi berikutnya. Adalah stagnation.
h. Integritas
evo vs putus asa (dewasa akhir)
Tahap
kedelapan yang di alami pada masa dewasa akhir. Pada tahun terakhir kehidupan
lalu maka integritas tercapai. Sebaliknya, jika ia menganggapselama kehidupan
lalu dengan cara negative maka akan cenderung merasa bersalah dan kecewa.
C. APLIKASI
DALAM PENGAJARAN FISIKA
Teoriperkembanganpsikodinamikyang
digagasolehSigmund
Freud memilikikonsepdiantaranyayaitukonsep bahwa manusia adalah makhluk
yang memiliki kebutuhan dan keinginan. Konsep ini dapat dikembangkan dalam
proses bimbingan, dengan melihat hakikatnya manusia itu memiliki
kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan dasar. Dengan demikian guru dalam
memberikan bimbingan harus selalu berpedoman kepada apa yang dibutuhkan dan
yang diinginkan oleh siswanya, sehingga bimbingan yang dilakukan benar-benar
efektif.
Hal ini sesuai dengan 3
fungsi bimbingan itu sendiri yaitu :
a. Memahami individu
Seorang guru dan
pembimbing dapat memberikan bantuan yang efektifjika mereka dapat memahami dan
mengerti persoalan, sifat, kebutuhan, minat, dan kemampuan anak didiknya.
Karena itu bimbingan yang efektif menuntut secara mutlak pemahaman diri anak
secara keseluruhan. Karena tujuan bimbingan dan pendidikan dapat dicapai jika
programnya didasarkan atas pemahaman diri anak didiknya. Sebaliknya bimbingan
tidak dapat berfungsi efektif jika guru dan pembimbing kurang pengetahuan dan
pengertian mengenai motif dan tingkah laku konseling, sehingga usaha preventif
dan treatment tidak dapat berhasil baik.
b.
Preventif dan pengembangan individual
Preventif dan
pengembangan merupakan dua sisi dari satu mata uang. Preventif berusaha
mencegah kemorosotan perkembangan anak dan minimal dapat memelihara apa yang
telah dicapai dalam perkembangan anak melalui pemberian pengaruh-pengaruh yang
positif, memberikan bantuan untuk mengembangkan sikap dan pola perilaku yang
dapat membantu setiap individu untuk mengembangkan dirinya secara optimal.
c.
Membantu individu untuk menyempurnakannya
Pertolongan setiap
individu tidak sama. Perbedaan umumnya lebih pada tingkatannya dari pada
macamnya, jadi sangat tergantung apa yang menjadi kebutuhan dan potensi yang ia
miliki. Bimbingan dapat memberikan pertolongan pada anak untuk mengadakan
pilihan yang sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Jadi dalam
konsep yang lebih luas, dapat dikatakan bahwa teori Freud dapat dijadikan
pertimbangan dalam melakukan proses bantuan kepada konseling, sehingga metode
dan materi yang digunakan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan individu.
Aplikasi kegiatan belajar fisika menurut Sigmund Freu dadalah Seorang
guru fisika memberikan pertanyaan sederhana sebelum memulai materi yang akan
disampaikan dengan tujuan dapat mengetahui seberapa jauh siswa mengetahui
materi tersebut. Sehingga guru dapat memberikan materi dengan efektif sesuai
dengan kebutuhan siswa-siswanya. Namun juga disebutkan bahwa tidak sekedar
materi yang wajib diberikan, harus diberikan juga intermezzo dan mengarahkan
setiap materi pelajaran menjadi materi yang disukai oleh siswa-siswanya. Serta
materi yang diberikan harus bertingkat dari apa yang sudah pernah didapatkan
oleh peserta didik sebelumnya.
Menurut Erikson, perkembangan ego selalu
berubah berdasarkan pengalaman dan informasi baru yang kita dapatkan dalam
berinteraksi dengan orang lain. Erikson juga percaya bahwa kemampuan memotivasi
sikap dan perbuatan dapat membantu perkembangan menjadi positif, inilah alasan
mengapa teori Erikson disebut sebagai teori perkembangan psikososial.
Aplikasikegiatanbelajarfisikamenurut Erikson adalah:
Seorang guru Fisika
ketika melakukan pembelajaran memperhatikan setiap peserta didiknya dan
memberikan perhatian yang sama kepada setiap siswa agar setiap siswa merasa
terpenuhi kebutuhan psikologisnya. Denganbegituadanilaipositif yang
dapatdipetikdandikembangkandalamdirisetiappribadiyaknikompetensi.
D. CONTOH PENERAPAN TEORI PSIKODINAMIKA PADA
PEMBELAJARAN FISIKA
Di
Indonesia, pelajaran Fisika dimulai pada masa SMP yaitu pada fase sekitar
pubertas. Ada perbedaan-perbedaan cara mengajar Fisika yang disesuaikan dengan
psikodinamika tiap fase para peserta didik. Maka dari itu, pengajaran Fisika
pada setiap jenjang pendidikan berbeda.
1. Pengajaran Fisika di SMP
Pengajar memberika
contoh nyata terhadap materi yang sedang di pelajari. Missal pada materi
pengukuran, peserta didik harus di hadapkan langsung dengan alat-alat ukur
seperti: neraca, jangka sorong, micrometer skrup dan lainnya. Supaya para
peserta didik dapat membedakan antara satu dengan yang
lainnya.
2. Pengajaran Fisika di SMA
Pada materi sedang
di pelajari pengajar meberikan fungus dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari
sehingga perserta didik dapat mengaplikasikannya. Misal neraca untuk mengukur
massa, jamgka sorong digunakan untuk mengukur panjang suatu benda dengan
ketelitian tertentu dan lainnya.
3. Pengajaran Fisika di Perguruan
Tinggi
Peda masa ini
pendidik adalah fasilitator sehingga peserta didik diharapkan mampu
mengembangkan materi secara mandiri. Sehingga di harapkan akan terjadi relasi
di anatara peserta didik, maupun peserta didik dengan pendidik. Agar tercipata
sebuah hubungan yang akrab antara peseta didik satu dengan yang lainnya serta
pendidik dan peserta didik.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan:
1. Pencetus teori psikodinamika adalah:
Sigmund freud dan erik erikson
2. Fase-fase perkembanganan
menurut teori yang dikemukakan oleh Sigmund Freud:
l Fase
oral (oral stage: O sampai kira-kira 18 bulan
l Fase
anal (anal stage: kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun
l Fase
falis (phallic stage: kira-kira usia 3 samapai 6 tahun
l Fase
laten (latency stage: kira-kira 6 sampai pubertas
l Fase
genital (genital stage: pubertas dan selanjutnya
3. Teori
Perkembangan Anak Perspektif Psikodinamika Erikson:
l Kepercayaan
vs ketidak percayaan12-18 bulan
l Autonomy
vs rasa malu dan ragu (12-18 bulan hingga 3 tahun)
l Inisiatif
vs rasa bersalah (3-6 tahun)
l Indistri
vs inverioritas (6 tahun-pubertas)
l Identitas
vs kekacauan identitas (pubertas dewasa awal)
l Imitasi
vs isolasi (dewasa awal)
l Produksifitas
vs staknasi (dewasa tengah)
l Integritas
evo vs putus asa (dewasa akhir)
4. APLIKASI
DALAM PENGAJARAN FISIKA
Aplikasi kegiatan
belajar fisika menurut Sigmund Freu dadalah Seorang guru fisika memberikan
pertanyaan sederhana sebelum memulai materi yang akan disampaikan dengan tujuan
dapat mengetahui seberapa jauh siswa mengetahui materi tersebut. Sehingga guru
dapat memberikan materi dengan efektif sesuai dengan kebutuhan siswa-siswanya.
Hal ini sesuai dengan 3
fungsi bimbingan itu sendiri yaitu :
l Memahami individu
l Preventif dan
pengembangan individual
l Membantu individu untuk
menyempurnakannya
5. Contoh
penerapan teori psikodinamika dalam pembelajaran fisika
l Pengajaran Fisika di SMP
Missal
pada materi pengukuran, peserta didik harus di hadapkan langsung dengan
alat-alat ukur.
l Pengajaran Fisika di SMA
Misal
neraca untuk mengukur massa, jamgka sorong digunakan untuk mengukur panjang
suatu benda dengan ketelitian tertentu dan lainnya.
l Pengajaran Fisika di Perguruan
Tinggi
Peda
masa ini pendidik adalah fasilitator sehingga peserta didik diharapkan mampu
mengembangkan materi secara mandiri.
Daftar Pustaka
Rahayu, Siti dkk.2006.Psikologi Perkembangan dalam Berbagai
Bagiannya.Yogyakarta: UGM prees
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar