Pengertian,
Ciri-ciri, Teori-teori, Jenis-jenis, dan Aktivitas-aktivitas Belajar
Mata
Kuliah: Psikologi Belajar Fisika
Dosen
Pengampu: Fitria Yuniasih, M.Pd.
Disusun oleh :
Zulfa
Nidaul Hasanah 13690047
Ragil
Ristiyanti 13690051
Ayi
Muthi Nahdiyanti 13690053
Ahmad
Saiful Muttaqin 13690054
PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
Tahun Ajaran 2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Belajar
merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung kemajuan peradaban
manusia. Belajar merupakan aktivitas yang sangat penting dalam kehidupan
manusia dan merupakan bagian yang penting pula bagi para pendidik maupun calon
pendidik. Hampir daam setiap aktivitas manusia membutuhkan proses yang disebut
dengan belajar. Belajar juga merupakan
kebutuhan mendasar bagi manusia untuk mencapai tujuan hidupnya dengan baik.
Ketika memasuki dunia pendidikan, maka belajar adalah suatu kewajiban dan tugas
bagi para peserta didik. Akan tetapi setiap individu memiliki ciri khas
tersendiri dalam belajar dan dalam usaha memahami apa yang dipelajarinya.
Setiap individu memiliki karakter tersendiri yang berbeda dengan individu lain.
Menjadi
hal yang sangat penting bagi para pendidik maupun calon pendidik memahami
bagaimana peserta didiknya menjalani proses belajar. Karena hal tersebut dapat
memengaruhi tersampaikan atau tidaknya suatu pengetahuan pada peserta didik
serta tercapai atau tidakanya tujuan pembelajaran dengan baik. Akan tetapi
apabila mengingat banyaknya individu yang terlibat dengan karakter belajar
tersendiri dalam satu proses pembelajaran seringkali menjadi kendala bagi
pendidik untuk menyampaikan materi dengan baik.
Oleh
karena itu, sebagai calon pendidik, pemahaman tentang tentang konsep dasar
belajar sangat diperlukan demi mendukung tercapainya tujuan pembelajaran serta
tersampaikannya pengetahuan pada peserta didik dengan baik. Konsep dasar dalam
belajar yang dimaksud meliputi, pengertan belajar itu sendiri, ciri-ciri
belajar setiap individu, teori-teori belajar yang mendukung, jenis-jenis belajar, serta
aktivitas-aktivitas dalam belajar. Apabila konsep dasar belajar telah dikuasai
dengan baik oleh para calon pendidik maka diharapkan tujuan pembelajaran dapat
dicapai dengan baik serta pengetahuan dapa tersampaikan dengan baik pula pada
peserta didik. Sehingga dapat meningkatkan kualitas belajar peserta didik serta
mempermudah para pendidik dalam mengajar.
- Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan belajar?
2. Apa
saja ciri-ciri belajar?
3. Teori-teori
apa sajakah yang mendukung proses belajar?
4. Apa
saja jenis-jenis belajar?
5. Aktivitas-aktivitas
apa sajakah yang termasuk dalam proses belajar?
- Tujuan
1. Untuk
mengetahui definisi belajar
2. Untuk
mengetahui ciri-ciri belajar
3. Untuk
mengetahui teori-teori yang mendukung proses belajar
4. Untuk
mengetahui jenis-jenis belajar
5. Untuk
mengetahui aktivitas-aktivitas yang termasuk dalam proses belajar
BAB
II
PEMBAHASAN
- Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu kata yang sudah sangat akrab di
seluruh lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata “belajar” merupaka kata yang tidak
asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkandari semua kegiatan
mereka dalam meuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Kegiatan belajar mereka
lakukan setiap waktu sesuai dengan keinginan. Entah malam, siang hari, sore
hari atau pagi hari.
Namun, dari semua itu tidak semua orang mengetahui
apa itu belajar. Seandainya dipertanyakan apa yang sedang dilakukan? Tentu saja
jawabannya adalah “belajar”. Itu saja titik. Sebenarnya dari kata “belajar” itu
ada pengertian yang tersimmpa di dalamnya. Pengertian dari kata “belajar”
itulah yang perlu diketahui dan dihayati, sehingga tidak melahirka pemahama
yang keliru mengenai masalah belajar.
Masalah pengertian belajar ini, para ahli psikologi
pendidikan mengemukakan rumusan yang berlainan sesuai dengan bidang keahlian
mereka masig-masing. Tentu saja mereka mempunyai alas an yang dapat di
pertanggungjawabka secara ilmiah.
James O. Whittaker, misalnya, merumuskan belajar sebagai
proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman.
Cronbach berpendapat bahwa learning is shown by change in behavior as a result of experience.
Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman.
Howard L. Kingskey mengatakan bahwa learning is the process by which behavior (I
the broader sense) is originated or changed through practice or training.
Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulka atau
diubah melalui praktek atau latihan. Sedangkan Geoch merumuskn learing is
change a performance as a result of practice.
Drs. Slameto juga merumuskan pengertia tentang
belajar. Menurutnya belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan idividu untuk
memperoleh suatu perubaha tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian
belajar yang dikemukakan diatas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu
kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan raga. Gerak
raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan.
Tentu saja perubahan, yang didapatkan itu bukan perubaha fisik, tetapi perubahan
jiwa dengan masuk sebab-sebab yag baru. Dengan demikikan, maka perubaha
fisik akibat sengatan serangga, patah
tangan, patah kaki dan sebgaiya bukanlah termasuk perubaha akibat belajar.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga
untuk memperoleh tingkah laku sebagai hasil dari penglaman individual demi
interaksi dengan lingkungannya yang meyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotor.
- Ciri-ciri Belajar
Ciri-ciri belajar
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Perubahan
yang terjadi secara sadar
Ini
berarti individu yang belajar menyadari terjadiya perubahan itu atau sekurang
kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya perubahan dalam diriya.
2. Perubahan
dalam belajar bersifat fungsional
Sebagai
hasil belajar, perubaha yang terjadi dalam diri idividu berlangsug terus
menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan
perubaha berikutnya da akan menyebabka perubahan berikutnya dan akan berguna
bagi kehidupan atau proses belajar berikutnya.
3. Perubahan
dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam
perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk
memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumya. Dengan demikian, makin banyak
usaha belajar dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang dipseroleh.
Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan
sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri.
4. Perubahan
belajar bukan bersifat sementara
Perubahan
yang terjadi karena proses belajar bersifat menatap atau permanen . Ini berarti
bahwa tingkah laku yag terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.
5. Perubahan
dalam belajar bertujuan dan terarah
Ini
berarti bahwa perubaha tingkah laku itu
terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada
perubahan tingkah laku yag benar-benar disadari.
6. Perubahan
mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan
yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahak
keseluruhan tingkah laku.
C.
Teori-teori
Belajar
Teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum
atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas
sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar.
a.
Teori-Teori
Belajar Menurut Ilmu Jiwa Asosiasi
1. Teori
Koneksionisme
Teori
koneksionisme (connectionism) adalah teori yang dikemukakan dan dikembangkan
oleh Edward L. Thorndike (1874/1949) berdasarkan eksperimen yang dilakuknnya
pda tahun 1890-an. Eksperimen in menggunakan hewan-hewan seperi kucing untuk
mengetahui fenomena belajar. Dalam eksperimen tersebut kucing lapar yang
ditempatkan dalam puzzle box, sebuah
sangkar berjeruji yang dirancang dengan peralatan yang dapat merangsang kucing
agar dapat melepaskan diri, dapat melepaskan diri untuk mendapatkan makanan
yang diletakkan di muka pintu. Eksperimen
puzzle box ii kemudian dikenal
dengan insrumental conditioning, artinya
bahwa tingkah laku yang dipelajari berfungi sebagai instrumental (penolong) untuk
mencapai hasil atau ganjaran yang dikehendaki.
Berdasarkan
eskpeimen yang dilakukannya, Thorndike berkesimpulan bahwa belajar adalah
hubungan antara stimulus dan respons. Dalam hal tersebut, eksperimen yang
dilakukan Thorndike menunjukan dua hal pokok yang dapat menimbulkan fenomena
belajar. Pertama, keadaan kucing yang lapar, seandainya kucing itu kenyag, mka
kucing tersebut tidak akan berusaha
untuk keluar mencari makanan dan lebih memilih ada di dalam puzzle box. Dengan kata lain, kucing
tidak akan menampakan gejala belajar untuk keluar. Dengan demikian, hampir
dapat dipastikan bahwa motivasi (seperti rasa lapar pada kucing dalam puzzle box) merupakan hal yang sangat
penting dalam belajar. Kedua, tersediaya makanan di muka pintu puzzle box. Makanan ini merupakan efek
positif atau memuaskan yang dicapai oleh respons dan kemudian menjadi dasar
timbulnya hukum belajar yang disebut law
of effect. Yaitu, hukum yang menyatakan bahwa jika sebuah respons
menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan stimulus dan respons akan
semakin kuat. Sebaliknya, jika semakin tidak memuaskan (mengganggu) efek yang
dicapaimaka akan semakin lemah pula hubungan stmulus an respons tersebut.
Disamping
law of effect, dua macam hukum
lainnya yang dikemukakan Thorndike adalah law
of readiness dan law of exercise.
Law of readiness ( hukum
kesiapsiagaan) pada prinsipnya merupakan asumsi bahwa kepuasan organisme
berasal dari pendayagunaan conduction
units (satuan perantaraan). Unit-unit tersebut yang mendorong organisme
untuk berbuat atau tidak berbuat. Sedangkan law
of exercise (hukum latihan) adalah generalisasi atas law of use yaitu jika prilaku (perubahan hasil belajar) sering
dilatih atau digunakan maka eksistensi prilaku tersebut akan semakin kuat.
Sebaliknya,law of disuse yaitu jika
prilaku tadi tidak sering dilatih atau tidak digunakan maka akan terupakan atau
menurun. Dengan demikian ada tiga hukum belajar yng utama yang diturunkan dari
hasil penelitian Thorndike yaitu:
a.
Hukum Efek (law
of effect)
Hukum
ini menyebutkan bahwa keadaan memuaskan menyusul respons memperkuat pautan
antara stimulus dan tingkah laku. Sedangkan keadaan yang menjengkelkan
memperlemah pautan itu. Thorndike kemudian memperbaiki hukum efek itu, sehingga
hukuman tidak sama dengan ganjarsn dalam belajar.
b. Hukum
Latihan (law of eercise)
Hukum
ini mnjelakan bahwa pengalaman yang ulang-ulang akan memperbesar timbunya
respons (tanggapan) yang benar. Akan teapi pengulangan-pengulangan yang tidak
disertai keadaan yang memuaskan tidak akan meningkatkan belajar.
c.
Hukum Kesiapan (law of readiness)
Hukum
ini menjelaskan bahwa pelaksanaan tindakan sebagai respons terhadap suatu
impuls yang kuat menimbulkan kepuasan, sedangkan menghalang-halangi pelaksanaan
tindakan atau memaksannya menimbulkan kejengkelan.
Teori
konektionisme terdapat beberapa kelemahan dalam pelaksanannya, yaitu:
·
Belajar menurut teori bersifat
mekanistis
·
Pelajar besifat teacher centered (terpusat pada guru)
·
Anak didik pasif
·
Teori lebih mengutamkan materi
2. Teori
Pembiasaan Klasik
Teori
pembiasaan klasik (classical conditioning) ini berkembang berdasarkan hasil
eksperimen Ivan Palvov (1849 – 1936), pada dasarnya teori ini adalah prosedur
penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya
refleks tersebut. Dalam eksperimennya Palvv menggunakan anjing untuk mengetahui
hubungan-hubungan antara conditioned
stimulus (CS), uncoditioned stimulus (UCS), conditioned response (CR), unconditioned response (UCR). CS
adalah rangsangan yang mampu mendatangkan respons ynag dipelajari, sedangkan
respons yang dipeajari itu sendiri adalah CR. UCS adalah rangsangan yang
menimbulkan respons yang tidak dipelajari, dan respons yang tidak dipelajari
itu disebut UCR.
Pada
eksperimen anjing percobaan yang digunakan mula-mula diikat sedemikian rupa dan
pada salah satu kelenjar air liurnya diberi alat penampung cairan yang
dihubungkan dengan pipa kecil (tube). Perlu dketahui bahwa sebelum dilatih
(dikenai eksperimen), secara alami anjing selalu mengeluarkan air liur setiap
kali mulutnya berisi makanan. Ketika bel dibunyikan maka anjing menunjukan
reaksinya yang relevan, yakni tidak mengeluarkan air liur. Kemudin dilakukan
eksperimen berupa latihan pembiasaan mendengarkan bel (CS) bersama-sama dengan
pemberian makanan berupa serbuk daging (UCS). Setelah latihan berulang-ulang
ini selesai, suara bel tadi (CS) didengarkan lagi tanpa diertai makanan (UCS).
Ternyata anjing tersebut tetap mengeluarkan air liur (CR), meskipun hanya mendengarkan suara bel (CS). Jadi, CS
akan menghasilkan CR apabila CS dan UCS telah dihadirkan bekali-kali secara
bersama-sama.
Untuk
dapat menggambarkan hubungan antara S-R (stimulus dan respons)tersebut baik
yang unconditioned (secara alami)
maupun conditioned (buatan yang
dibiasakan).
Eksperimen
Pembiasaan Klasik
Sebelum Eksperimen
Pemberian makanan
(UCS) Air
liur keluar (UCR)
Bunyi bel (CS) Tidak
ada respons
|
Ekspeimen/latihan
Bunyi
bel (CS) + Pemberian makanan (UCS)
|
Setelah
Eksperimen
Bunyi bel (CS) Air
liur keluar (CR)
|
Dari eksperimen yang
dilakukan Palvov maka dapat dijelaskan bahwa belajar adalah perubahan yang
ditandai dengan adanya hubungan antara stimulus dan respons.
Teori
jika diterapkan dalam kegiatan belajar juga terdapat kelemahan.
Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain:
·
Percobaan dalam laboratorium berbeda
dengan keadaan yang sebenarnya.
·
Pribadi seseorang (cita-cita,
kesanggupan, minat, emosi, dan sebagainya) dapat memengaruhi hasil eksperimen.
·
Respons mungkin dipengaruhi oleh
stimulus yang tidak dikenal (tidak dapat diprediksi lebih dahulu stimulus
manakah yang menarik perhatian seseorang).
·
Teori ini sangat sederhana dan tidak
memuaskan untuk menjelaskan segala seluk-beluk belajar yang ternyata sangat
kompleks.
b.
Teori
Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya
Teori
ini menyatakan bahwa jiwa manusia mempunyai daya-daya, daya tersebut merupakan
kekuatan yang tersedia. Manusia memanfaatkan semua daya tersebut dengan cara
melatihnya sehingga ketajamannya dirasakan saat dipergunakan. Daya-daya
tersebut misalnya daya mengenal, daya mengingat, dayaberpikir, daya fantasi,
dan sebagainya. Teori ini menjelaskan bahwa belajar hanyalah cara untuk melatih
semua daya itu.
Pengaruh
dari teori ini dalam belajar adalah ilmu pengetahuan yang didapat hanyalah
bersifat hafalan-hafalan belaka. Penguasaan bahan yang besifat hafalan biasanya
jauh dari pengertian. Meskipun demikian, teori dapat digunakan untuk menghafal
rumus, dalil, tahun, kata-kata asing, dan sebagainya.
c.
Teori
Tanggapan
Teori
tanggapan adalah teori yang menentang teori belajar yang dikemukakan teori ilmu
jiwa daya. Teori ini dikemukakan oleh Herbert, menurutnya teori yang
dikedepankan oleh ilmu jiwa day tidak ilmiah, sebab psikologi daya tidak dapat
menerangkan kehidupan jiwa dan unsur jiwa yang paling sederhana adlah
tanggapan.
Menurut
teori tanggapan belajar adalah memasukan tanggapan sebanyak-banyaknya, berulang-ulang,
dan sejelas-jelasnya. Banyak tanggapan berarti dikatakan pandai dan sedikit
tanggapan berarti kurang pandai. Dengan kata lain, orang pandai berarti orang
yng banyak mempunyai tanggapan yang tesimpan dalam otaknya. Jika tanggapan yang
dimaksud diartikan sebagai sebuh kesan, maka belajar adalah proses memsukan
kesan-kesan (ilmu pengetahuan yang didapat setelah belajar) ke dalam otak dan
menjadikan orang pandai.
d.
Teori
Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt
Teori
ini dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dai Jerman. Teori ini berpandangan bahwa
keseluruhan lebih penting daripada bagian-bagian sebab keberadaan bagian-bagian
didahului oleh keseluruhan. Menurut teori ini, dalam belajar yang terpenting
adalah penyesuaian pertama, yaitu mendapatkan respons dan tanggapan yang tepat.
Belajar yang trpenting bukan mengulangi al-hal yang harus dipelajari, tetapi
mengerti dan memperoleh insight.
Belajar dengan pengertian lebih dipentingkan daripada hanya memasukan sejumlah
kesan. Belajar dengan insight (pengertian) adalah sebagai berikut:
1) Insight
tergantung dari kemampuan dasar.
2) Insight
tergantung dari pengalaman masa lampau yang relevan (dengan apa yang
dipelajari).
3) Insight
hanya timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa, sehingga segala
aspek yang perlu dapat diamati.
4) Insight
adalah hal yang harus dicari.
5) Belajar
dengan insight dapat diulangi.
6) Insight
sekali didapat dapat digunakan untuk menghadapai seseuatu yang baru.
Prinsip-prisip belajar menurut teori
gestalt yaitu:
1) Belajar
berdasarkan keseluruhan.
2) Belajar
adalah suatu proses perkembangan.
3) Anak
didik sebagai organisme keseluruhan.
4) Terjadi
transfer.
5) Belajar
adalah reorganisasi pengalaman.
6) Belajar
harus dengan insight (pengertian).
7) Belajar
lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan, dan tujuan.
8) Belajar
berlangsung terus-menerus.
e.
Teori
Belajar dari R. Gagne
Dalam masalah belajar
ada dua definisi menurut Gagne yaitu:
1. Belajar
ada suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan,
kebiasaan, dan tingkah laku.
2. Belajar
adalah pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari instruksi.
Gagne mengatakan bahwa segala seseuatu
yang dipelajari manusia dapat dibagi menjadi lima kategori yng disebut the domainds of learning yaitu:
1. Ketrampilan
motoris (motor skill)
Dalam
hal ini perlu koordinasi dari berbagai gerakan badan, misalnya melempar bola,
main tenis, mengemudi mobil, dan sebagainya.
2. Informasi
verbal
Orang
dapat menjelaskan seseuatu dengan berbicara, menulis, menggambar; dalam hal ini
dapat dimengerti bahwa untuk mengatakan seseutau perlu intelegensi.
3. Kemampuan
intelektual
Manusia
mengadakan interaksi dengan dunia lua dengan menggunakan simbol-simbol.
Kemampuan belajar dengan cara inilah yang disebut “kemampuan intelektual”.
Misalnya membedakan huuf m dan n dan menyebutkan tanaman yan sejenis.
4. Strategi
kognitif
Ini
merupakan organisasi keterampilan yang internal (internal organized skill) yang perlu untuk belajar mengingat dan berpikir.
Kemampuan ini berbeda dengankemampuan intelektul, karena ditunjukan ke dunia
luar, dan tidak dpat dipelajari hanya dengan berbuat satu kali serta memerlukan
perbaikan-perbaikan terus-menerus.
5. Sikap
Kemampuan
ini tidak dpat dipelajari dengan ulangan-ulangan, tidak tergantung atau
dipengaruhi oleh hubungan verbal seperti halnya domain yang lain. Sikap ini
penting dalam proses belajar; tanpa kemampuan ini belajar tidak akan berhasil
dengan baik.
D.
Jenis-jenis
Belajar
Jenis-jenis
belajar adalah sebagai berikut :
1. Belajar
Abstrak
Belajar abstrak adalah
belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk
memperoleh pemahaman dan pemacahan masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam
mempelajari hal-hal yang abstrak, akal menduduki peran penting dalam pemecahan
masalahnya disamping penguasaan konsep, prinsip dan generalisasi. Yang termasuk
dalam jenis belajar abstrak mislanya belajar matematika, kimia, kosmografi,
astronomi dan tauhid.
2. Belajar
Keterampilan
Belajar keterampilan adalah belajar
yang menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan
urat-urat syaraf dan otot-otot. Tujuannya adalah memperoleh dan menguasai
keterampilan jasmaniah tertentu. Yang termasuk jenis belajar keterampilan
misalnya belajar olahraga, musik, menari, melukis, memperbaiki benda-benda
elektronik, dan sebagian materi pelajaran agama, seperti ibadah sholat dan
haji.
3. Belajar
Pemecahan Masalah
Belajar pemecahan masalah
pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir
secara sistematis, logis, teratur dan teliti. Tujuannya untuk memperoleh
kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional,
lugas, dan tuntas.
Dalam
hal ini, hampir semua bidang studi dapat dijadikan sarana belajar pemecahan
masalah. Untuk keperluan ini guru yang khususnya mengajar bidang eksakta,
seperti matematika, fisika, dan kimia sangat dianjurkan menggunakan model dan
strategi mengajar ysng berorientasi pada cara pemecahan masalah.
4. Belajar
Rasional
Belajar
rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan
rasional. Tujuannya ialah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan
prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Jenis belajar ini sangat erat kaitanya
dengan belajar pemecahan masalah.
Bidang-bidang studi yang dapat digunakan
sebagai sarana belajar
rasional sama dengan bidang-bidang studi untu belajar pemecahan masalah.
Perbedaannya, belajar rasional tidak memberi tekanan khusus pada penggunaan
bidang studi eksakta. Artinya bidang studi noneksakta pun dapat memberi efek
yang sama dengan bidang studi eksakta dalam belajar rasional.
5.
Belajar Apresiasi
Belajar
apresiasi adalah belajar mempertimbangkan (judgment)
arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan
mengembangkan kecakapan ranah rasa (affective
skills). Yang dalam hal ini kemampuan menhargai secara tepat terhadap nilai
objek tertentu misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik, dan sebagainya.
Bidang-bidang
studi yang dapat menunjang tercapainya tujuan bejalar apresiasi antara lain bahasa
dan sastra, kerajinan tangan (prakarya), kesenian, dan menggambar. Selain bidang-bidang
studi ini, bidang studi agama juga memungkinkan untuk digunakan sebagai alat pengembangan
apresiasi siswa, misalnya dalam hal seni baca tulis Al-Qur’an.
6.
Belajar Pengetahuan
Belajar
pengetahuan adalah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap
objek pengetahuan tertentu. Studi ini juga dapat diartikan sebagai sebuah
program belajar terencana untuk menguasai materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan
investigasi dan eksperimen (Reber, 1998). Tujuan belajar pengetahuan adalah agar
siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu
yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya,
misalnya dengan menggunakan alat-alat laboratorium dan penelitian lapangan.
Contoh:
kegiatan siswa dalam bidang studi fisika mengenai “gerak” menurut hukum Newton
I. Dalam hal ini siswa melakukan eksperimen untuk membuktikan bahwa setiap benda
tetap diam atau bergerak secara beraturan, kecuali kalau ada gaya luar yang
mempengaruhinya. Contoh lainnya, kegiatan siswa dalam bidang studi biologi mengenai
protoplasma, yakni zat hidup yang ada pada tumbuhan dan hewan. Dalam hal ini siswa
melakukan investigasi terhadap senyawa organik yang terdapat dalam protoplasma
yang meliputi: karbohidrat, lemak, protein dan asam nukleat.
7.
Belajar Arti Kata
Belajar arti kata
maksudnya adalah orang mulai menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata
yang digunakan. Pada mulanya suatu kata sudah dikenal, tetapi belum tahu
artinya. Setiap pelajar atau mahasiswa pasti belajar arti kata-kata tertentu
yang belum diketahui. Tanpa hal ini, maka sukar menggunakannya. Kalaupun dapat
menggunakannya, tak urung ditemukan kesalahan penggunaan. Mengerti arti
kata-kata merupakan dasar terpenting. Orang yang membaca akan mengalami
kesukaran untuk memahami isi bacaan, karena ide-ide yang terpatri dalam suatu
kata atau kalimat hanya dapat dipahami dengan mengerti arti setiap kata. Dengan
kata-kata itulah, para penulis atau pengarang melukiskan ide-idenya kepada
sidang pembaca. Oleh karena itu, penguasaan arti kata-kata adalah penting dalam
belajar.
8. Belajar
Kognitif
Tak dapat disangkal
bahwa belajar kognitif bersentuhan dengan masalah mental. Objek-objek yang
diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan,
atau lambang yang merupakan sesuatu bersifat mental. Dalam belajar kognitif,
objek-objek yang ditanggapi tidak hanya bersifat materiil, tetapi juga yang
bersifat tidak materiil. Objek-objek yang bersifat materiil misalnya: orang,
binatang, bangunan, kendaraan, perabotan rumah tangga, dan tumbuh-tumbuhan.
Objek-objek yang bersifat tidak materiil misalnya, ide kemajuan, keadilan,
perbaikan, pembangunan, dan sebagainya. Belajar kognitif penting dalam belajar.
Dalam belajar, seseorang tidak bisa melepaskan diri dari belajar kognitif. Mana
bisa kegiatan mental tidak berproses ketika memberikan tanggapan terhadap
objek-objek yang diamati. Sedangkan belajar itu sendiri adalah proses mental
yang bergerak ke arah perubahan.
9.
Belajar Menghafal
Menghafal adalah suatu
aktivitas menanamkan suatu materi verbal di dalam ingatan, sehingga nantinya
dapat diproduksikan kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli.
Dalam menghafal, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan, yaitu mengenai
tujuan, pengertian, perhatian, dan ingatan. Efektif tidaknya dalam menghafal
dipengaruhi oleh syarat-syarat tersebut. Menghafal tanpa tujuan menjadi tidak
terarah, menghafal tanpa pengertian menjadi kabur, menghafal tanpa perhatian
menjadi kacau, dan menghafal tanpa ingatan menjadi sia-sia.
10. Belajar
Teoritis
Bentuk belajar ini
bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta (pengetahuan) dalam suatu
kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan dapat digunakan untuk
memecahkan masalah, seperti yang terjadi dalam bidang studi ilmiah, maka
diciptakan konsep-konsep, relasi-relasi diantara konsep-konsep dan
struktur-struktur hubungan, sekaligus dikembangkan metode-metode untuk
memecahkan masalah-masalah secara efektif dan efisien, misalnya dalam
penelitian fisika.
11. Belajar
Konsep
Konsep
adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang
sama. Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap
objek-objek yang dihadapi, sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu. Konsep
dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang harus didefinisikan. Konsep
konkret adalah pengertian yang menunjukkan objek-objek dalam lingkungan fisik.
Konsep ini mewakili benda tertentu, misalnya, meja, kursi, tumbuhan, mobil, dan
sebagainya. Konsep yang harus didefinisikan adalah konsep yang mewakili
realitas hidup, tetapi tidak langsung menunjuk pada realitas dalam lingkungan
hidup fisik, karena realitas itu tidak berbadan. Hanya dirasakan adanya melalui
proses mental.
12. Belajar
Kaidah
Kaidah adalah suatu
pegangan yang tidak dapat diubah-ubah. Kaidah merupakan suatu representasi
(gambaran) mental dari kenyataan hidup dan sangat berguna dalam mengatur
kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti bahwa kaidah merupakan suatu keteraturan
yang berlaku sepanjang masa. Oleh karena itu, belajar kaidah sangat penting
bagi seseorang sebagai salah satu upaya penguasaan ilmu selama belajar di
sekolah atau perguruan tinggi.
Belajar kaidah merupakan jenis dari belajar kemahiran
intelektual, yang dikemukakan oleh Gagne. Belajar kaidah adalah bila dua konsep
atau lebih dihubungkan satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang
merepresentasikan suatu keteraturan.
Orang yang telah mempelajari suatu kaidah,
mampu menghubungkan beberapa konsep. Selama belajar disekolah atau di perguruan
tinggi, seseorang akan menemukan kaidah-kaidah. Hal ini harus dipunyai untuk
kemajuan belajar.
E.
Aktivitas-aktivitas
Belajar
Aktivitas
belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi dalam
rangka mencapai tujuan belajar. Seperti yang telah disebutkan dalam buku Psikologi Belajar, Abu Ahmadi mengutip
pernyataan dari James O. Whittaker tentang definisi belajar, belajar dapat
didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan atau pengamalan.
Dari
pernyataan diatas, aktivitas atau tingkah laku belajar sangat berkaitan sengan
indera manusia dalam pelaksanaannya, dimana indera ini sangat membantu dalam
proses mencari tahu informasi yang dibutuhkan. Berikut ini dikemukakan beberapa
contoh aktivitas belajar.
1. Mendengarkan
Dalam
kehidupan sehari-hari kita bergaul dengan orang lain. Dalam pergaulan itu
sangat mungkin sekali untuk terjadi sebuah percakapan. Dari percakapan itu
memberikan kesempatan seseorang untuk belajar. Dalam situasi ini seseorang
dapat mendengarkan apa isi dari percakapan tersebut. Seseorang dapat memperoleh
informasi yang sedang dibutuhkan. Maka dari penyerapan informasi ini seseorang
dapat dikatakan sedang melakukan aktivitas belajar.
Dalam
proses belajar mengajar di sekolah sering ada ceramah atau kuliah dari guru
atau dosen. Tugas pelajar atau mahasiswa disini adalah mendengarkan. Tetapi
mendengarkan disini adalahmendengarkan yang didorong oleh kebutuhan, motivasi
dan tujuan tertentu sehingga dapat dikatakan sebagai aktivitas belajar.
2. Memandang
Setiap
aktivitas yang berhubungan dengan visual dapat memberi kesempatan bagi
seseorang untuk belajar. Dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang dapat kita
pandang, akan tetapi tidak semua pandangan atau penglihatan kita adalah
belajar. Meskipun pandangan kita tertuju pada suatu objek visual, apabila dalam
diri kita tidak terdapat kebutuhan, motivasi serta tujuan tertentu, maka
pandangan yang demikian tidak termasuk belajar.
Alam
sekitar kita memberikan banyak sekali objek-objek yang memberi kesempatan untuk
belajar. Apabila kita memandang segala sesuatu dengan tujuan tertentu yang
menambah pengetahuan kita, maka hal demikian dapat dikatakan belajar.
3. Meraba,
membau dan Mencicipi/Mengecap
Aktivitas
Meraba, membau dan Mencicipi/Mengecap merupakan aktivitas sensoris seperti
halnya mendengar dan memandang. Gula rasanya manis, kopi tanpa gula rasanya
pahit, dari mana kita tahu rasa gula dan kopi,di dinilah seseorang memperoleh
kesempatan belajar dengan cara Meraba,
membau dan Mencicipi/Mengecap dengan tujuan mengetahui rasa gula yang manis dan
kopi dan pahit. Dengan begitu mengecap dapat dikatakan belajar apabila
aktivitas-aktivitas itu didorong oleh kebutuhan, motivasi untuk mencapai tujuan
tertentu untuk mendapatkan pengetahuan menganai suatu hal.
4. Menulis
atau Mencatat
Setiap
aktivitas pengindraan kita yang bertujuan, akan memberikan kesan-kesan yang
berguna untuk proses belajar yang selanjutnya. Material atau objek yang ingin
kita pelajari lebih lanjut harus memberi kemungkinan untuk diingat dan dipraktekkan. Beberapa material diantaranya terdapat di
dalam buku, di kelas ataupun catatan yang kita buat sendiri. Kita dapat membuat
catatan dari setiap buku yang kita pelajari untuk dibuka kembali ketika kita
mulai lupa.
Tidak
semua aktivitas mencatat adalah belajar. Mencatat yang dapat dikatakan sebagai
aktivitas belajar adalah ketika orang menyadari kebutuhan dan tujuannya,
seseorang harus tahu apa yang dibutuhkan dan mana yang harus dicatat sehingga
catatan itu nantinya berguna untuk
proses belajar selanjutnya.
5. Membaca
Seorang
pelajar atau mahasiswa tidak akan terlepas dari kegiatan membaca. Kebanyakan
orang-orang cerdas hobi membaca. Karena dari membaca banyak sekali pengetahuan
uyang dapat diperoleh. Namun lain halnya dengan orang yang membaca sambil berbaring
di tempat tidurnya dengan tujuan agar bisa tertidur.
Membaca semacam ini tidak termasuk belajar.
Membaca yang membatu kita belajar adalah membaca yang efektif, misalnya dengan
memulai memperhatikan judul-judul bab, topik-topik untama yang mengarah kepada
kebutuhan dan tujuan. Sehingga nantinya kita dapat mengetahui maksud dan tujuan
yang ingin disampaikan oleh penulis buku tersebut.
Membaca yang efektif dapat diiringi
dengan mencatat hal-hal yang penting. Kita dapat membuat ikhtisar atau
ringkasan-ringkasan yang dapat membantu kita mengingat kembali materi dari buku
yang kita baca dan membantu menemukan materi yang harus dipelajari kedepannya.
6.
Berlatih atau Praktik
Latihan
atu praktik termasuk aktifitas belajar. Orang yang berlatih tetntunya sudah mempunyai
dorongan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat mengembangkan suatu aspek
pada dirinya.
Dalam
berlatih atau paraktik sesuatu terjadi interaksi yang interaktif antara subjek
dan lingkungan. Dalam kegiatan berlatih atau praktik, setiap tindakan subjek
terjadi secara integratif dan terarah ke suatu tujuan. Hasih dari latihan atau
praktik itu sendiri akan berupa pengalaman yang dapat mengubah diri subjek
serta lingkungannya. Artinya lingkungan dalam diri subjek.
BAB
III
PENUTUP
- Kesimpulan
1. Belajar
adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh tingkah laku sebagai
hasil dari penglaman individual demi interaksi dengan lingkungannya yang
meyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.
2. Ciri-ciri
belajar antara lain: Perubahan yang terjadi secara sadar, Perubahan dalam
belajar bersifat fungsional, Perubahan dalam belajar bersifat positif dan
aktif, perubahan belajar bukan bersifat sementara, Perubahan dalam belajar
bertujuan dan terarah, Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
3. Teori-teori
belajar diantaranya: teori-teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi, teori
belajar menurut ilmu jiwa daya, teori tanggapan, teori belajar menurut ilmu
jiwa gestalt, teori belajar dari R.Gagne.
4.
Jenis-jenis belajar antara lain: belajar
abstrak, belajar keterampilan, belajar pemecahan masalah, belajar rasional,
belajarapresiasi, belajar pengetahuan, belajar arti kata, belajar kognitif,
belajar menghafal, belajar teoritis, belajar konsep, belajar kaidah.
5. Aktivitas-aktivitas
belajar adalah sebagai berikut: Mendengarkan, Memandang, Meraba, membau dan
Mencicipi/Mengecap, Menulis atau Mencatat, Membaca, Berlatih atau Praktik.
Daftar
Pustaka
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Prawira,
Purwa Atmaja. 2013. Psikologi Pendidikan
dalam Perspektif Baru. Yogyakarta : Ar-ruzz Media.
Purwanto,
M. Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Syah,
Muhibbin. 2006. Psikologi Pendidikan
dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar