Teori Perkembangan Belajar Sosial
Mata
Kuliah : Perkembangan Peserta Didik
Dosen Pengampu : Siti Fatimah, M.Pd
Dosen Pengampu : Siti Fatimah, M.Pd
Disusun
oleh :
Arizal
Pratama13690052
Khairul
Bayu Nugraha13690031
Tri
Gonggo13690034
Agita
Fajar13690005
Nafi’atus
Sholihah13690045
Khusnul
Khotimah13690042
Anik
Masruroh13690010
Eli
Yanti13690008
PENDIDIKAN
FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
2013
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Belajar merupakan salah
satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar
membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungannya. Dengan
adanya proses belajar inilah manusia bertahan hidup.
Belajar dilakukan
melalui proses pendidikan. Pendidikan tentu saja tidak dapat dilepaskan dari
kegiatan belajar itu sendiri. Belajar tidak hanya terjadi dalam pendidikan
formal atau pendidikan dalam sebuah lembaga tertentu semata, melainkan proses
belajar tersebut juga dapat dialami dalam kehidupan sehari-hari baik itu dalam
keluarga, maupun masyarakat.
Belajar secara
sederhana dikatakan sebagai proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah
mampu (yang), terjadi dalam waktu tertentu. Perubahan yang terjadi itu harus
secara relatif menetap (permanen) yang tidak hanya terjadi pada perilaku saat
ini nampak (immediate behavior) tetapi juga pada perilaku yang mungkin terjadi
di masa mendatang (potential behavior). Hal lain yang perlu diperhatikan ialah
bahwa perubahan-perubahan tersebut terjadi karena pengalaman.
Sejak dahulu hingga
saat ini, para ahli terus mencari dan berusaha menemukan makna sesungguhnya
dari proses belajar yang terjadi pada manusia itu sendiri. Selain mencari makna
sesungguhnya dari kegiatan belajar tersebut, para ahli juga berusaha merumuskan
teori-teori belajar menurut analisisnya dari penelitian yang mereka lakukan.
Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar,
sehingga membantu kita semua memahami proses inhern yang kompleks dari belajar.
Dengan munculnya teori belajar dari para ahli tersebut, tentu akan mempengaruhi
pola dan kebijakan pendidikan yang diterapkan pemerintah pada saat itu pula.
Selain itu karena
manusia sering dikatakan sebagai makhluk monodalisme, yaitu manusia selain
sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial. Manusia selain sebagai
makhluk individual yang memiliki kehidupan sendiri, manusia juga tidak dapat
dilepaskan dari ubungan dan peran sertanya dengan kehidupan sosial. Begitu juga
dengan kegiatan belajar, manusia tidak bisa dilepaskan dalam peranannya sebagai
makhluk sosial. Sehingga muncul berbagai teori belajar yang berkaitan dengan
kemasyarakatan atau disebut juga dengan teori belajar sosial.
Bermunculannya teori
belajar inilah yang akan diangkat dan dibahas dalam makalah ini terutama yang
berkaitan tentang teori perkembangan belajar sosial.
B.
Rumusan Masalah
1)
Apa pengertian
belajar?
2)
Bagaimana teori
belajar sosial menurut tokoh-tokoh?
3)
Bagaimana
pengaplikasian teori perkembangan belajar sosial dengan pembelajaran fisika?
C.
Tujuan
1)
Mengetahui
pengertian belajar
2)
Mengetahui teori
belajar sosial menurut tokoh-tokoh
3)
Mengetahui
pengaplikasian teori perkembangan belajar sosial dengan pembelajaran fisika
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Belajar
Dalam
keseluruhan proses pendidikan yang kita lakukan di sekolah, hampir seluruh
kegiatan yang di lakukan adalah kegiatan
belajar atau dapat dikatakan bahwa belajar merupakan kegiatan pokok. Sehingga
sukses atau tidaknya anak dalam mengikuti pendidikan di sekolah sangat
bergantung dari bagaimana dia melakukan proses pembelajaran.
Sehingga dengan
keterangan diatas akan muncul apakah pengertian belajar itu? Apakah sama antara
belajar dengan latihan, menghafal, atau mengumpulkan fakta? Terdapat perbedaan
pendapat mengenai pengertian belajar,
a.
Menurut James
O. Whittaker
Belajar merupakan proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau
diubah melalui latihan pengalaman[1]
b.
Cronbach
Menurut
Cronbach dalam bukunya yang berjudul Educational Psychology, belajar
adalah Learning is shown by change in behaviour as a result of experience.[2]Jadi
yang dinamakan belajar efektif yaitu melalui pengalaman.
c.
Howard L.
Kingsley
Belajar
adalah proses diamana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau
latihan.[3]
Menurut
psikologi, belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku pada individu
sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnnya. Sehingga dari beberapa pengertian tadi dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan
tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Belajar
merupakan proses dari perkembangan manusia. Manusia dapat melakukan
perubahan-perubahan kualitatif yang mengacu pada perubahan tingkah laku
berdasarkan hasil dari belajar. Semua aktivitas yang kita lakukan sehari-hari
merupakan hasil dari belajar dan kita hidup serta bekerja menurut apa yang telah kita pelajari.
Dapat dikatakan bahwa belajar itu bukan hanya sekedar pengalaman melainkan
belajar itu adalah suatu proses untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi
terutama dalam hal tingkah laku, belajar itu bukan sebagai hasil sehingga
belajar itu berlangsung secara aktif dengan menggunakan berbagai bentuk
perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.
Namun tidak
setiap perubahan tingkah laku pada individu itu dikatakan sebagai belajar,
karena ada istilah lain yang hampir mirip dengan belajar, yakni kematangan.
Kematangan yakni proses dimana tingkah laku dimodifikasi sebagai akibat dari
pertumbuhan dan perkembangan struktur serta fungsi-fungsi jasmani.
Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar:
1.
Perubahan yang
terjadi secara sadar, maksudnya individu menyadari bahwa ada perubahan yang
terjadi pada dirinya setelah ia belajar.
2.
Perubahan dalam
belajar bersifat fungsional, maksudnya perubahan yang terjadi pada individu
tersebut berlangsung secara terus menerus dan tidak statis.
3.
Perubahan dalam
belajar bersifat positif dan aktif; perubahan aktif yakni perubahan yang
dilakuakan itu tidak berlangsung dengan sendirinya melainkan adanya usaha untuk
melakukan perubahan tersebut. Perubahan poditif yang dimaksud yakni bahwa
perubahan tersebut senantiasa tertuju untuk memperoleh hal-hal yang lebih baik
serta mempunyai tujuan.
4.
Perubahan dalam
belajar bukan bersifat sementara; Ini berarti bahwa perubahanyang kita lakukan
tidak untuk beberapa saat saja.
5.
Perubahan dalam
belajar, bertujuan dan terarah; ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi
karena ada tujuan yang akan dicapai dan dalam melakukan perubahan itu terjadi
secara sadar.
6.
Perubahan
mencakup seluruh aspek tingkah laku; maksudnya bahwa hasil belajar kita adalah
perubahan tingkah laku kita yang berdifat menyeluruh dalam sikap kebiasaan,
keterampilan dan sebagainya.
2.
Teori Perkembangan Belajar Sosial
Teori belajar dan teori
social merupakan lingkup dari teori lingkungan yang mana teori lingkungan
beranggapan bahwa sesudah tahun pertama, potensi untuk melakukan tingkah laku
yang lebih tinggi tidak tergantung dari perubahan spontan pada struktur diri
organisme dengan teknik-teknik yang tepat. Jadi, bila anak hidup dalam suatu
lingkungan tertentu maka anak tadi akan memperlihatkan pola tingkah laku yang
khas lingkungannya tadi.[4]
2.1 Teori Perkembangan Belajar Sosial Menurut
Tokoh-Tokoh
a.
Albert Bandura
Albert Bandura dilahirkan di Mundare
Northern Alberta Kanada, pada 04 Desember 1925. Masa kecil dan remajanya
dihabiskan di desa kecil dan juga mendapat pendidikan disana. Pada tahun 1949
beliau mendapat pendidikan di University of British Columbia, dalam jurusan
psikologi. Dia memperoleh gelar Master didalam bidang psikologi pada tahun 1951
dan setahun kemudian ia juga meraih gelar doctor (Ph.D). Bandura menyelesaikan
program doktornya dalam bidang psikologi klinik, setelah lulus ia bekerja di
Standford University.
Teori perkembangan belajar menurut Albert Bandura
adalah:
Bandura
berpendapat manusia dapat berfikir dan mengatur tingkah lakunya sendiri,
sehingga mereka bukan semata-mata yang menjadi objek pengaruh lingkungan. Sifat
kausal bukan dimiliki sendirian oleh lingkungan, karena orang dan lingkungan
saling mempengaruhi.
Teori belajar social
Bandura didasarkan pada tiga konsep, antara lain:
1) Determinis
Resiprokal (reciprocal determinism): pendekatan yang menjelaskan tingkah laku
manusia dalam bentuk interaksi timbal-balik yang terus menerus antara
determinan kognitif, behavioral dan lingkungan.
2) Tanpa
Renforsemen (beyond reinforcement)
3) Kognisi dan
Regulasi diri (Self-regulation/cognition): Teori belajar tradisional sering
terhalang oleh ketidaksenangan atau ketidak mampuan mereka untuk menjelaskan
proses kognitif. Konsep bandura menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat
mengatur diri sendiri (self regulation), mempengaruhi tingkah laku dengan cara
mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi
bagi tingkahlakunya sendiri.
b.
Lev
Vygotsky
Teori
perkembangan belajar sosial menurut Lev Vygotsky adalah:
Lev Vygotsky (1896-1934) menekankan pentingnya pola sosiokultural
di mana individu menjadi salah satu unsurnya, maksudnya interaksi social
memainkan peran fundamental dalam perkembangan kognisi. Selain genetika dan
lingkungan, perkembangan dipengaruhi oleh campuran kekuatan social yang
mengitari individu. Perubahan-perubahan kualitatif yang terus terjadi di
lingkungan dan pada diri individu menghasilkan pencapaian perkembangan baru dan
menandai titik tolak perkembangan baru. Menurut Vygotsky, interaksi social
mempengaruhi perubahan pemikiran anak (dan selanjutnya perilaku mereka), dank
arena perilaku berakar pada konteks social di mana perilaku itu berlangsung,
maka perbedaan pemikiran maupun perilaku akan bergantung pada perbedaan
cultural di mana semua itu terjadi. Perkembangan anak juga bergantung pada
interaksi anak dengan orang lain dan dengan sarana-sarana tertentuyang
disediakan oleh kultur dan membantu membentuk pandangan dunia anak.
Ada empat ide pokok yang menjadi dasar teori Vygotsky:
1) Anak-anak membangun pengetahuan mereka sendiri.
Artinya, anak-anak adalah peserta aktif dalam perkembangan mereka. Anak-anak
adalah peserta aktif bukan hanya ketika membentuk keinginan dan kebutuhan
mereka sendiri, namun juga ketika membentuk jenis, tipe, dan kualitas
pengetahuan yang mereka perlukan untuk melangsungkan keberadaan mereka
sehari-hari.
2) Perkembangan tidak bisa dipisahkan dari konteks
sosialnya.Dalam ungkapan yang sederhana, perkembangan dan konteks social
adalah hal yang satu dan sama. Proses perkembanganbersandar pada pematangan dan
efek-efek lingkungan, dan prose situ selalu terjadi dalam konteks social
tertentu.
3) Pembelajaran bisa mengarahkan perkembangan.Pembelajaran
menjadi persiapan bagi terjadinya perkembangan. Dengan demikian guru yang
mempersiapkan atau yang menunjukkan langkah awal dengan memberikan tugas
tertentu untuk dikerjakan oleh anak untuk membimbingnya kea rah tingkatan
perkembangan yang semakin kompleks.
4)
Bahasa
memainkan peranan sentral dalam perkembangan mental. Dalm
pandangan Vygotsky, bahasa adalah sarana cultural yang memungkinkan pikiran
anak untuk tumbuh dan bertambah luas. Bahasa memberikan label untuk ide-ide
baru yang terpampang pada anak dan memungkinkan anak untuk memperluas ide-ide
yang ada ke dalam wilayah baru.
c.
Julian B. Rotter
Adalah
seorang pencipta dari skala locus of control, dilahirkan di Brooklyn (Amerika)
pada tanggal 22 Oktober 1916.Dari murid sekolah dasar dan menengah Rotter sudah
menyukai sesuatu yang berhubungan dengan psikologi. Rotter bertugas sebagai
ketua Eastern Psychological Association.
Teori perkembangan belajar sosial Rotter dilandaskan
atas lima hipotesis:
1. Teori belajar sosial berasumsi bahwa manusia
berinteraksi dengan lingkungan yang berarti untuknya. Reaksi manusia terhadap
kehidupan tergantung pada arti atau kepentingan yang mereka kaitkan dengan
suatu kejadian. Penguatan tidak bergantung hanya pada stimulus eksternal,
tetapi pada arti yang diberikan oleh kapasitas kogmitif dari manusia. Demikian
pula karakteristik personal seperti kebutuhan atau sifat, apabila hanya berdiri
sendiri, tidak dapat menyebabkan suatu perilaku.
2. Kepribadian manusia bersifat dipelajari. Dengan
demikian, kepribadian tidak diatur atau ditentukan berdasarkan suatu usia
perkembangan tertentu, melainkan dapat diubah atau dapat dimodifikasi selama
manusia mampu untuk belajar. Kita belajar dari pengalaman masa lalu, tetapi
pengalaman tersebut tidak sepenuhnya konstan, diwarnai oleh perubahan yang
masuk sehingga mempengaruhi presepsi saat ini.
3. Kepribadian mempunyai sifat yang mendasar, yang
berarti kepribadian manusia mempunyai stabilitas yang relatif. Manusia belajar
untuk mengevaluasi pengalaman baru atas dasar penguatan terdahulu. Evaluasi
yang relative konsisten ini akan membawa pada stabilitas yang lebih besar dab
kesatuan dari kepribadian.
4. Motivasi terarah berdasarkan tujuan. Manusia paling
merasa diberikan penguatan oleh perilaku
yang menggerakkan mereka ke arah suatu tujuan yang telah mereka antisipasi.
Pernyataan ini merujuk pada hokum efek empiris yang mendifinisikan penguatan
sebagai tindakan, kondisi, atau kejadian apapun yang mempengaruhi pergerakan
manusia menuju suatu tujuan.
5.
Bahwa manusia mampu mengantisipasi kejadian. Di samping itu
mereka menggunakan persepsi atas pergerakan kearah kejadian yang
diantisipasi sebagai kriteria untuk
mengevaluasi penguatan.[5]
3.
Aplikasi Teori Perkembangan Belajar Sosial Pada
Pembelajaran Fisika
Banyak peristiwa dalam kehidupan kita
yang melibatkan Ilmu Fisika baik yang
disadari maupun tanpa disadari. Semakin kita memahami teori tentang
fisika maka kita akan semakin mengetahui
bahwa Fisika mempunyai cakupan yang amat sangat luas. Salah satunya adalah dalam aplikasi ilmu Fisika yaitu GLB. Gerak
Lurus Beraturan (GLB) merupakan gerak yang memiliki kecepatan yang
konstan. Walaupun GLB sulit ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, karena
biasanya kecepatan gerak benda selalu berubah-ubah. Misalnya ketika seseorang mengendarai sepeda motor atau mobil, laju
mobil pasti selalu berubah-ubah. Ketika ada kendaraan di depan, pasti sebagain
besar kecepatan kendaraan akan segera
dikurangi. Hal ini untuk mengantisipasi agar
tidak terjadi tabrakan dengan
pengendara lain, terutama jika kondisi jalan yang ramai serta dalam kondisi
jalan tikungan dan rusak.
Selain GLB, GLBB
juga sering kali teraplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. GLBB merupakan gerak lurus berubah beraturan.
Artinya, kecepatan gerak benda bertambah secara teratur atau berkurang secara
teratur. Perubahan kecepatan tersebut dinamakan percepatan. Contoh riilnya pada
kasus kendaraan beroda misalnya, ketika mulai bergerak dari keadaan diam,
pengendara biasanya menekan pedal gas mobil tersebut atau menarik pedal gas
motor. Pedal gas tersebut biasanya tidak ditekan atau ditarik dengan teratur
sehingga walaupun kendaraan kelihatannya mulai bergerak dengan percepatan
tertentu, besar percepatannya juga tidak
tetap alias selalu berubah-ubah. Contoh lain pada GLBB horizontal yang selalu
kita jumpai dalam kehidupan adalah gerak
jatuh bebas. Misalnya ketika buah jambu yang lezat atau buah pepaya yang jatuh
dari pohonnya. Sementara untuk gerak vertikal terdiri dari dua jenis, yakni
gerak vertikal ke atas dan gerak vertikal ke bawah. Benda melakukan gerak
vertikal ke atas atau ke bawah jika lintasan gerak benda lurus. Kalau lintasan
miring, gerakan benda tersebut termasuk gerak parabola. Aplikasi gerak vertikal
dalam kehidupan sehari-hari misalnya ketika kita melempar sesuatu tegak lurus
ke bawah (permukaan tanah), ini termasuk
gerak vertikal.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar