Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.(QS.Al-Ahzab:21)

Selasa, 20 Mei 2014

makalah langkah mengatasi kesulitan belajar



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita mendengar anggapan yang menyatakan bahwa Fisika adalah mata pelajaran yang susah. Hal ini merupakan masalah terutama bagi guru Fisika. Mereka harus bisa mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab dari argumen tersebut. Selain itu, guru Fisika juga diharuskan mempunyai langkah-langkah untuk mengatasi kesulitan belajar Fisika.
Semua kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menemukan kesulitan belajar  Fisika termasuk kegiatan diagnosis. Perlunya diadakan diagnosis belajar karena berbagai hal, diantaranya:  setiap siswa hendaknya mendapat kesempatan dan pelayanan untuk berkembang secara maksimal;  adanya perbedaan kemampuan, kecerdasan, bakat, minat dan latar belakang lingkungan masing-masing siswa; sistem pengajaran di sekolah seharusnya memberi kesempatan pada siswa untuk maju sesuai dengan kemampuannya;  untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi oleh siswa, hendaknya guru beserta BP lebih intensif dalam menangani siswa dengan menambah pengetahuan, sikap yang terbuka dan mengasah ketrampilan dalam mengidentifikasi kesulitan belajar siswa.
Dalam makalah kali ini akan dibahas upaya mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar Fisika serta langkah-langkah untuk mengatasi kesulitan belajar Fisika.

B.     Tujuan
1.      Mengidentifikasi anak-anak yang kesulitan belajar Fisika.
2.      Mengetahui langkah-langkah kegiatan untuk mengatasi kesulitan belajar Fisika.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Mengidentifikasi Anak-Anak
1.      Gejala Anak Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar Fisika
       Gejala-gejala yang menunjukkan adanya kesulitan belajar Fisika dapat diamati dalam berbagai bentuk. Seperti munculnya perilaku yang menyimpang atau menurunnya hasil belajar. Perilaku yang menyimpang juga muncul dalam berbagai bentuk, seperti suka mengganggu teman, sukar memusatkan perhatian, sering termenung, hiperaktif, dan sering membolos.
       Faktor utama yang melandasi adanya kesulitan belajar Fisika adalah menurunnya hasil belajar peserta didik. Menurunnya hasil belajar dapat diidentifikasi dari rendahnya hasil belajar mulai dari latihan di kelas, pekerjaan rumah, maupun ulangan harian yang ditandai dengan diperolehnya nilai-nilai yang rendah. Nilai inilah yang menjadi indikator yang kuat tentang adanya kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik.[1]
       Adapun beberapa gejala yang menjadi indikator adanya kesulitan belajar Fisika adalah sebagai berikut.[2]
a.         Menunjukkan prestasi belajar yang rendah atau mendapatkan nilai di bawah  rata-rata dari kelompok anak didik di kelas.
b.         Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Padahal anak didik sudah berusaha belajar dengan keras, tetapi nilainya tetap rendah.
c.         Anak didik lambat dalam mengerjakan tugas-tugas Fisika. Ia selalu tertinggal dengan kawan-kawannya dalam segala hal. Misalnya mengerjakan soal-soal dalam waktu lama baru selesai, dalam mengerjakan tugas-tugas selalu menunda waktu.
d.        Anak didik menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, berpura-pura, berdusta, mudah tersinggaung, dan lain sebagainya.
e.         Anak didik menunjukkan tingkah laku yang tidak seperti biasanya ditunjukkan kepada orang lain. Dalam hal ini misalnya anak didik menjadi pemurung, pemarah, selalu bingung, selalu sedih, kurang gembira, atau mengasingkan diri dari lingkungan.
f.          Anak didik yang tergolong memiliki IQ yang tinggi, yang secara potensial mereka seharusnya meraih prestasi belajar yang tinggi, tetapi kenyataannya mereka mendapatkan prestasi belajar yang rendah.
g.         Anak didik yang selalu menunjukkan prestasi belajar yang tinggi untuk mata pelajaran Fisika, tetapi di lain waktu prestasinya menurun drastis.

2.      Mengenali Anak Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar Fisika
Anak didik yang mengalami kesulitan dapat diidentifikasi dari sikap dan tingkah lakunya. Jika ia menunjukkan gejala-gejala yang nampak seperti di atas, maka kemungkinan anak didik tersebut mengalami kesulitan belajar Fisika. Dalam hal ini pendidiklah yang diharapkan mampu mengenali gejala-gejala yang ditunjukkan oleh anak didiknya.
       Adapun cara lain untuk mengenali kesulitan belajar Fisika pada anak didik dapat dilakukan dengan cara:[3]
a.       Observasi
Observasi adalah suatu cara memperolah data dengan langsung mengamati terhadap objek. Sambil melakukan observasi, dilakukan pencatatan terhadap gejala-gejala yang tampak pada diri subjek, kemudian diseleksi untuk dipilih yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
b.      Interview
Interview adalah suatu cara mendapatkan data dengan wawancara langsung terhadap orang yang diselidiki atau terhadap orang lain (guru, orang tua, atau teman dekat anak) yang dapat memberikan informasi tentang orang yang diselidiki. Interview sebagai pendukung yang akurat dari kegiatan observasi. Keakuratan data lebih terjamin bila kegiatan observasi dilanjutkan dengan kegiatan interview.
c.         Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu cara untuk mengetahui sesuatu dengan melihat catatan-catatan, arsip-arsip, dokumen-dokumen, yang berhubungan dengan orang yang diselidiki. Teknik ini dimaksudkan agar kita dapat menyelidiki faktor penyebab anak didik mengalami kesulitan belajar. Dokumen yang perlu dicari adalah berhubungan dengan:
·         Riwayat hidup anak didik
·         Prestasi anak didik dalam bidang Fisika
·         Kumpulan ulangan Fisika
·         Catatan kesehatan anak
·         Buku rapor anak didik
·         Buku catatan Fisika, serta
·         Buku pribadi anak didik
d.        Tes Diagnostik
Tes diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami anak didik berdasarkan hasil tes formatif sebelumnya. Tes diagnostik memerlukan sejumlah soal untuk mata pelajaran Fisika yang diperkirakan merupakan kesulitan bagi anak didik. Soal-soal tersebut bervariasi dan difokuskan pada kesulitan. Tes ini biasanya dilakuakan sebelum pelajaran dimulai. Tes ini diadakan untuk menjajaki pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai oleh peserta didik. Dengan kata lain, sejauh mana tingkat penguasaan peserta didik terhadap bahan pelajaran Fisika yang diberikan guru, dapat diketahui dengan tes ini.

B.     Langkah-Langkah Kegiatan Mengatasi Kesulitan Belajar Fisika
Sebagaimana telah dijelaskan pada subbab pertama, setelah melakukan identifikasi anak-anak mengenai kesulitan apa yang dialami, berikut langkah-langkah kegiatan yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan belajar Fisika:[4]
1.      Berbicara dengan Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah penanggung jawab seluruh kegiatan di sekolah, termasuk kegiatan bimbingan dan penyuluhan. Wajar jika kegiatan-kegiatan bimbingan dan penyuluhan diketahui sepenuhnya oleh kepala sekolah. Oleh karena itu, para petugas bimbingan - guru dan penyuluh pendidikan - melaporkan, berkonsultasi, dan menerima nasihat dari kepala sekolah tentang berbagai hal yang bersangkut paut dengan kegiatan bimbingan, khususnya tentang berbagai kasus dan usaha menanggulanginya. Berkenaan dengan murid-murid yang bermasalah, guru/penyuluh pendidikan hendaknya membicarakan dengan kepala sekolah tentang berbagai usaha yang perlu untuk menghadapi tingkah laku yang bermasalah itu, usaha-usaha menghubungi orang tua murid dan instansi-instansi lain yang dianggap perlu, menguraikan tentang pandangan guru terhadap persoalan murid. Pembicaraan ini hendaknya didasarkan pada dan dilengkapi dengan berbagai catatan tentang murid-murid, hasil belajar mereka, hasil test, dan lain sebagainya. Hasil pembicaraan dengan kepala sekolah ini mungkin berupa kebijaksanaan umum yang akan ditempuh oleh sekolah, pembagian tugas (misalnya kepala sekolah dalam upacara Senin menyampaikan amanat, nasihat, teguran, ataupun peringatan kepada seluruh murid yang berkenaan dengan masalah yang banyak dialami murid-murid; penyuluhan pendidikan melakukan testing, guru memperhatikan aspek-aspek kurikulum yang kurang mantap; wali kelas memperhatikan aspek-aspek nilai dan daftar hadir, dan sebagainya), rencana kerja, pola pembiayaan dan fasilitas, dan lain sebagainya.

2.      Pengamatan yang Lebih Mendalam
Daftar murid-murid yang mengalami masalah mungkin disusun berdasarkan atas hasil pengamatan yang kurang lengkap ataupun  pandangan-pandangan yang baru selintas saja. Oleh karena itu, pengamatan yang lebih mendalam terhadap murid-murid yang bermasalah itu perlu dilakukan. Benarkah si A lamban dalam memahami Fisika? Bagaimana dengan nilai ulangannya? Apa saja yang dilakukan siswa ketika pelajaran Fisika berlangsung? Apakah siswa memperhatikan penjelasan guru? Dan sebagainya. Dengan usaha ini maka catatan, tanggapan, dan bahan-bahan yang amat berguna sebagai dasar pertimbangan untuk menghadapi masalah itu semakin lengkap dan mantap.

3.      Mempelajari “cummulative record”
Dari kumpulan catatan biasanya dapat diperoleh berbagai keterangan pokok yang mungkin bersangkut paut atau bahkan melatarbelakangi masalah yang dialami murid. Berbagai riwayat (seperti riwayat sekolah, riwayat kesehatan, perpindahan tempat tinggal, keadaan keluarga, dan sebagainya) biasanya dapat dijumpai pada kumpulan catatan yang lengkap. Guru/penyuluh pendidikan harus mampu menarik sangkut paut dari yang terdapat di dalam kumpulan catatan itu dengan hasil pengamatan mendalam yang telah dilakukan. Pada umumnya apa yang tertulis di dalam kumpulan catatan dapat saling lengkap-melengkapi dengan apa yang diperoleh dari pengamatan. Dari kenyataan-kenyataan ini akan dapat diterbitkan pandangan dan/atau gagasan baru, atau bahkan rencana dan ide untuk usaha lebih lanjut mengatasi masalah yang dihadapi murid.

4.      Berbicara dengan Guru Fisika Lain
Kegiatan bimbingan dan penyuluhan adalah usaha yang bersifat interdisipliner dan dilakukan secara bersama. Guru atau penyuluh pendidikan seorang diri (tanpa ikut sertanya staf sekolah yang lain) kemungkinan besar akan gagal membantu anak-anak yang bermasalah dalam Fisika. Dalam hal ini tidak ada jalan lain kecuali setiap orang yang bertanggung jawab dalam membimbing/menyuluhi anak harus mengambil manfaat dari bekerja sama dengan petugas lain. Isi kerjasama ini selain dari segi pengumpulan informasi selengkap mungkin, juga dalam penyajian materi pemecahan masalah itu sendiri. Yang tidak kurang pentingnya dalam rangka kerjasama ini adalah penciptaan “suasana bimbingan” oleh seluruh petugas sekolah. Semua pihak hendaknya menyadari apa sebenarnya bimbingan dan penyuluhan itu sehingga masing-masing pihak itu dapat menjalankan peranannya dengan baik dalam rangka keseluruhan “suasana bimbingan” itu.
Dalam usaha bimbingan kesulitan belajar Fisika, peranan guru bidang studi Fisika amatlah besar. Mereka yang seharusnya paling mampu mengungkapkan kekuatan dan kelemahan murid-murid dalam bidang studi Fisika. Selanjutnya guru bidang studi Fisika pulalah yang semestinya paling mampu menyelenggarakan program remedial untuk murid-muridnya berdasarkan kekuatan dan kelemahan yang telah diketahuinya terlebih dahulu. Dalam hal ini guru dituntut untuk mampu menyelenggarakan usaha “tiga dimensi” : penyajian, penilaian, dan remedial. Tugas penyuluh pendidikan dalam hal ini sebagai katalisator antara murid dengan guru, guru dengan guru, murid dengan situasi belajar dan kurikulum, dan antara guru dengan situasi pengajaran yang menjadi kenyataan pada umumnya. Harus dicatat oleh para penyuluh pendidikan bahwa tugas ini cukup berat, memakan waktu dan kesabaran, dan sifatnya dapat amat sensitif.

5.      Berkonsultasi dengan Juru Rawat
Tujuan kegiatan ini terutama sekali ialah memeriksa kesehatan murid. Sebenarnya riwayat kesehatan murid seharusnya sudah tercantum di dalam “commulative records”. Namun keadaan yang kita temui di sekolah sering kali tidak seperti yang diharapkan. Catatan tentang kesehatan kurang lengkap atau malahan tidak dijumpai, juru rawatpun tidak ada. Bagaimanapun juga keadaan yang tidak menggembirakan ini bukanlah alasan yang pantas untuk mengesyahkan tidak dapat dilakukannya pengungkapan kesehatan murid dan riwayat kesehatannya secara umum. Setidak-tidaknya guru/penyuluh pendidikan dapat berwawancara dengan murid yang bersangkutan yang mengungkapkan sakit atau kecelakaan apa saja yang pernah dideritanya, kapan hal itu terjadi, bagaimana tingkat keparahannya, bagaimana usaha pengobatannya, tingkat kesembuhannya, keadaan kesehatan sekarang, dan sebagainya. Hal-hal seperti ini pada umumnya juga dapat diungkapkan melalui orang tua. Hanya untuk kondisi-kondisi kesehatan yang kelihatannya amat serius saja guru/penyuluh pendidikan harus berusaha sekuat tenaga berkonsultasi dengan juru rawat dan/atau dokter.

6.      Memberikan Penyuluhan
Penyuluhan adalah suatu kegiatan yang khas dalam usaha bimbingan. Seorang anak yang mengalami masalah dihadapi langsung secara tatap muka oleh penyuluh dalam rangka usaha pemecahan masalah yang sedang dihadapi anak tersebut. Suasana hubungan tatap muka inipun sifatnya khas pula, yaitu suatu hubungan yang tidak terasa sedikitpun unsur-unsur kekerasan ataupun paksaan, bebas dari rasa takut dan khawatir, saling mempercayai, terbuka dan terus terang, suka rela, saling memberi dan menerima. Suasana hubungan seperti ini disebut “rapport”. Sebelum usaha penyuluhan dilanjutkan hendaknya terlebih dahulu dibina “rapport” ini. Apabila “rapport” telah tercipta maka hubungan berikutnya akan dapat berjalan dengan lancar, mudah, dan penuh arti. Satu ciri lain dari suasana penyuluhan ini ialah bahwa hubungan itu dilakukan tidak di muka umum ataupun di tempat yang ramai, melainkan di tempat yang terpisah sehingga baik anak maupun penyuluh dapat berbicara bebas. Keadaan seperti ini tidak berarti bahwa penyuluhan harus dilakukan di kamar tertutup ataupun di tempat yang tersembunyi; penyuluhan dapat dilakukan di tempat yang terbuka dan di mana saja asal suasana kebebasan mengemukakan isi hati, pendapat, saran-saran, dan sebagainya tidak terganggu.

7.      Prosedur Referal
Di sekolah, pada taraf yang paling awal masalah yang dihadapi oleh murid-murid hendaknya diungkapkan oleh guru atau wali kelas. Selanjutnya pada taraf pertama masih menjadi tugas guru atau wali kelas untuk sejauh mungkin menanggulangi masalah yang dihadapi oleh murid-murid tersebut. Jika dengan berbagai usaha yang dilakukan oleh guru/wali kelas masalah itu belum juga terpecahkan, rasanya guru/wali kelas yang kewalahan atau diperkirakan murid tersebut memang memerlukan bantuan khusus dari penyuluh pendidikan yang lebih ahli, maka guru/wali kelas yang bersangkutan perlu mereferal atau mengirim atau mengambil alihkan masalah yang dihadapi oleh murid itu kepada penyuluh pendidikan. Ini tidak berarti bahwa guru/wali kelas yang bersangkutan sekarang menjadi lepas tangan terhadap masalah itu, melainkan sebaliknya peranan guru/wali kelas dalam rangka bekerja sama dengan penyuluh pendidikan semakin besar. Bagaimanapun juga penyuluh pendidikan tidak mungkin bekerja sendiri. Kesulitan belajar yang menyangkut bidang studi Fisika jelas harus ditanggulangi bersama dengan guru bidang studi Fisika.
Selanjutnya referal dapat dilakukan dengan pihak-pihak di luar sekolah. Dengan dokter, psikiater, lembaga tenaga kerja, dan orang-orang sumber seringkali menjadi tujuan ke mana referal dilakukan. Prosedur referal ini harus dilengkapi surat-surat dan syarat-syarat administrasi lainnya baik dari kepala sekolah maupun dari bagian bimbingan di sekolah.
Dengan adanya upaya referal maka usaha pemberian bantuan dalam rangka pemecahan masalah diperluas dan diintensifkan. Kegiatan yang bertujuan untuk membantu pemecahan masalah sering kali tidak mengenal batas-batas usaha. Sejauh mungkin usaha dilakukan, segera dan setuntas mungkin hendaknya kesulitan dapat teratasi.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Gejala yang menunjukkan adanya kesulitan belajar Fisika dapat diamati dalam berbagai bentuk. Seperti munculnya perilaku yang menyimpang atau menurunnya hasil belajar. Faktor utama yang melandasi adanya kesulitan belajar Fisika adalah menurunnya hasil belajar peserta didik. Menurunnya hasil belajar dapat diidentifikasi dari rendahnya hasil belajar mulai dari latihan di kelas, pekerjaan rumah, maupun ulangan harian di sekolah. Cara untuk mengenali kesulitan belajar Fisika dapat dilakukan sebagai berikut: observasi, interview, dokumentasi, tes diagnostik.

2.      Langkah-langkah kegiatan untuk mengatasi kesulitan belajar Fisika:
a.       Berbicara dengan Kepala Sekolah     
b.      Pengamatan yang Lebih Mendalam
c.       Mempelajari “cummulative record”
d.      Berbicara dengan Guru Fisika Lain
e.       Berkonsultasi dengan Juru Rawat
f.       Memberikan Penyuluhan
g.      Prosedur Referal




[1].  Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), hlm. 89.
[2].  Syaiful Bahri Djamrah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2011), hlm. 246.
[3].  Syaiful Bahri Djamrah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2011), hlm. 247.
[4] Koestoer Partowisastro dan A.Hadisuparto, Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar Jilid 2 (Jakarta: Erlangga, 1984), hlm. 40.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar