Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.(QS.Al-Ahzab:21)

Selasa, 20 Mei 2014

makalah tentang pengertian, ciri-ciri, teori-teori, jenis-jenis, dan aktivitas-aktivitas belajar



Pengertian, Ciri-ciri, Teori-teori, Jenis-jenis, dan Aktivitas-aktivitas Belajar
Mata Kuliah: Psikologi Belajar Fisika
Dosen Pengampu: Fitria Yuniasih, M.Pd.





                                                                                    

                                                     Disusun oleh :
                             Zulfa Nidaul Hasanah             13690047
Ragil Ristiyanti                       13690051
Ayi Muthi Nahdiyanti             13690053
Ahmad Saiful Muttaqin                    13690054

PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
Tahun Ajaran 2013/2014

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Belajar merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung kemajuan peradaban manusia. Belajar merupakan aktivitas yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan merupakan bagian yang penting pula bagi para pendidik maupun calon pendidik. Hampir daam setiap aktivitas manusia membutuhkan proses yang disebut dengan belajar.  Belajar juga merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk mencapai tujuan hidupnya dengan baik. Ketika memasuki dunia pendidikan, maka belajar adalah suatu kewajiban dan tugas bagi para peserta didik. Akan tetapi setiap individu memiliki ciri khas tersendiri dalam belajar dan dalam usaha memahami apa yang dipelajarinya. Setiap individu memiliki karakter tersendiri yang berbeda dengan individu lain.
Menjadi hal yang sangat penting bagi para pendidik maupun calon pendidik memahami bagaimana peserta didiknya menjalani proses belajar. Karena hal tersebut dapat memengaruhi tersampaikan atau tidaknya suatu pengetahuan pada peserta didik serta tercapai atau tidakanya tujuan pembelajaran dengan baik. Akan tetapi apabila mengingat banyaknya individu yang terlibat dengan karakter belajar tersendiri dalam satu proses pembelajaran seringkali menjadi kendala bagi pendidik untuk menyampaikan materi dengan baik.
Oleh karena itu, sebagai calon pendidik, pemahaman tentang tentang konsep dasar belajar sangat diperlukan demi mendukung tercapainya tujuan pembelajaran serta tersampaikannya pengetahuan pada peserta didik dengan baik. Konsep dasar dalam belajar yang dimaksud meliputi, pengertan belajar itu sendiri, ciri-ciri belajar setiap individu, teori-teori belajar yang mendukung,  jenis-jenis belajar, serta aktivitas-aktivitas dalam belajar. Apabila konsep dasar belajar telah dikuasai dengan baik oleh para calon pendidik maka diharapkan tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik serta pengetahuan dapa tersampaikan dengan baik pula pada peserta didik. Sehingga dapat meningkatkan kualitas belajar peserta didik serta mempermudah para pendidik dalam mengajar.
  1. Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan belajar?
2.      Apa saja ciri-ciri belajar?
3.      Teori-teori apa sajakah yang mendukung proses belajar?
4.      Apa saja jenis-jenis belajar?
5.      Aktivitas-aktivitas apa sajakah yang termasuk dalam proses belajar?
  1. Tujuan
1.      Untuk mengetahui definisi belajar
2.      Untuk mengetahui ciri-ciri belajar
3.      Untuk mengetahui teori-teori yang mendukung proses belajar
4.      Untuk mengetahui jenis-jenis belajar
5.     Untuk mengetahui aktivitas-aktivitas yang termasuk dalam proses belajar













BAB II
PEMBAHASAN
  1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu kata yang sudah sangat akrab di seluruh lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa  kata “belajar” merupaka kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkandari semua kegiatan mereka dalam meuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Kegiatan belajar mereka lakukan setiap waktu sesuai dengan keinginan. Entah malam, siang hari, sore hari atau pagi hari.
Namun, dari semua itu tidak semua orang mengetahui apa itu belajar. Seandainya dipertanyakan apa yang sedang dilakukan? Tentu saja jawabannya adalah “belajar”. Itu saja titik. Sebenarnya dari kata “belajar” itu ada pengertian yang tersimmpa di dalamnya. Pengertian dari kata “belajar” itulah yang perlu diketahui dan dihayati, sehingga tidak melahirka pemahama yang keliru mengenai masalah belajar.
Masalah pengertian belajar ini, para ahli psikologi pendidikan mengemukakan rumusan yang berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masig-masing. Tentu saja mereka mempunyai alas an yang dapat di pertanggungjawabka secara ilmiah.
James O. Whittaker, misalnya, merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
Cronbach berpendapat bahwa learning is shown by change in behavior as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Howard L. Kingskey mengatakan bahwa learning is the process by which behavior (I the broader sense) is originated or changed through practice or training. Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulka atau diubah melalui praktek atau latihan. Sedangkan Geoch merumuskn learing is change a performance as a result of practice.
Drs. Slameto juga merumuskan pengertia tentang belajar. Menurutnya belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan idividu untuk memperoleh suatu perubaha tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar yang dikemukakan diatas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan raga. Gerak raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan. Tentu saja perubahan, yang didapatkan itu bukan perubaha fisik, tetapi perubahan jiwa dengan masuk sebab-sebab yag baru. Dengan demikikan, maka perubaha fisik  akibat sengatan serangga, patah tangan, patah kaki dan sebgaiya bukanlah termasuk perubaha akibat belajar. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh tingkah laku sebagai hasil dari penglaman individual demi interaksi dengan lingkungannya yang meyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.
  1. Ciri-ciri Belajar
Ciri-ciri belajar diantaranya adalah sebagai berikut :
1.      Perubahan yang terjadi secara sadar
Ini berarti individu yang belajar menyadari terjadiya perubahan itu atau sekurang kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya perubahan dalam diriya.
2.      Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Sebagai hasil belajar, perubaha yang terjadi dalam diri idividu berlangsug terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubaha berikutnya da akan menyebabka perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan atau proses belajar berikutnya.
3.      Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumya. Dengan demikian, makin banyak usaha belajar dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang dipseroleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri.


4.      Perubahan belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menatap atau permanen . Ini berarti bahwa tingkah laku yag terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.

5.      Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah
Ini berarti bahwa perubaha  tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yag benar-benar disadari.
6.      Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahak keseluruhan tingkah laku.
C.    Teori-teori Belajar
Teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar.
a.   Teori-Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Asosiasi
1.   Teori Koneksionisme
Teori koneksionisme (connectionism) adalah teori yang dikemukakan dan dikembangkan oleh Edward L. Thorndike (1874/1949) berdasarkan eksperimen yang dilakuknnya pda tahun 1890-an. Eksperimen in menggunakan hewan-hewan seperi kucing untuk mengetahui fenomena belajar. Dalam eksperimen tersebut kucing lapar yang ditempatkan dalam puzzle box, sebuah sangkar berjeruji yang dirancang dengan peralatan yang dapat merangsang kucing agar dapat melepaskan diri, dapat melepaskan diri untuk mendapatkan makanan yang diletakkan di muka pintu. Eksperimen  puzzle box ii kemudian dikenal dengan insrumental conditioning, artinya bahwa tingkah laku yang dipelajari berfungi sebagai instrumental (penolong) untuk mencapai hasil atau ganjaran yang dikehendaki.
Berdasarkan eskpeimen yang dilakukannya, Thorndike berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respons. Dalam hal tersebut, eksperimen yang dilakukan Thorndike menunjukan dua hal pokok yang dapat menimbulkan fenomena belajar. Pertama, keadaan kucing yang lapar, seandainya kucing itu kenyag, mka kucing tersebut tidak akan berusaha untuk keluar mencari makanan dan lebih memilih ada di dalam puzzle box. Dengan kata lain, kucing tidak akan menampakan gejala belajar untuk keluar. Dengan demikian, hampir dapat dipastikan bahwa motivasi (seperti rasa lapar pada kucing dalam puzzle box) merupakan hal yang sangat penting dalam belajar. Kedua, tersediaya makanan di muka pintu puzzle box. Makanan ini merupakan efek positif atau memuaskan yang dicapai oleh respons dan kemudian menjadi dasar timbulnya hukum belajar yang disebut law of effect. Yaitu, hukum yang menyatakan bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan stimulus dan respons akan semakin kuat. Sebaliknya, jika semakin tidak memuaskan (mengganggu) efek yang dicapaimaka akan semakin lemah pula hubungan stmulus an respons tersebut.
Disamping law of effect, dua macam hukum lainnya yang dikemukakan Thorndike adalah law of readiness dan law of exercise. Law of readiness ( hukum kesiapsiagaan) pada prinsipnya merupakan asumsi bahwa kepuasan organisme berasal dari pendayagunaan conduction units (satuan perantaraan). Unit-unit tersebut yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat. Sedangkan law of exercise (hukum latihan) adalah generalisasi atas law of use yaitu jika prilaku (perubahan hasil belajar) sering dilatih atau digunakan maka eksistensi prilaku tersebut akan semakin kuat. Sebaliknya,law of disuse yaitu jika prilaku tadi tidak sering dilatih atau tidak digunakan maka akan terupakan atau menurun. Dengan demikian ada tiga hukum belajar yng utama yang diturunkan dari hasil penelitian Thorndike yaitu:
a.              Hukum Efek (law of effect)
Hukum ini menyebutkan bahwa keadaan memuaskan menyusul respons memperkuat pautan antara stimulus dan tingkah laku. Sedangkan keadaan yang menjengkelkan memperlemah pautan itu. Thorndike kemudian memperbaiki hukum efek itu, sehingga hukuman tidak sama dengan ganjarsn dalam belajar.
b.   Hukum Latihan (law of eercise)
Hukum ini mnjelakan bahwa pengalaman yang ulang-ulang akan memperbesar timbunya respons (tanggapan) yang benar. Akan teapi pengulangan-pengulangan yang tidak disertai keadaan yang memuaskan tidak akan meningkatkan belajar.

c.    Hukum Kesiapan (law of readiness)
Hukum ini menjelaskan bahwa pelaksanaan tindakan sebagai respons terhadap suatu impuls yang kuat menimbulkan kepuasan, sedangkan menghalang-halangi pelaksanaan tindakan atau memaksannya menimbulkan kejengkelan.
Teori konektionisme terdapat beberapa kelemahan dalam pelaksanannya, yaitu:
·         Belajar menurut teori bersifat mekanistis
·         Pelajar besifat teacher centered (terpusat pada guru)
·         Anak didik pasif
·         Teori lebih mengutamkan materi
2.   Teori Pembiasaan Klasik
Teori pembiasaan klasik (classical conditioning) ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen Ivan Palvov (1849 – 1936), pada dasarnya teori ini adalah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut. Dalam eksperimennya Palvv menggunakan anjing untuk mengetahui hubungan-hubungan antara conditioned stimulus (CS), uncoditioned stimulus (UCS), conditioned response (CR), unconditioned response (UCR). CS adalah rangsangan yang mampu mendatangkan respons ynag dipelajari, sedangkan respons yang dipeajari itu sendiri adalah CR. UCS adalah rangsangan yang menimbulkan respons yang tidak dipelajari, dan respons yang tidak dipelajari itu disebut UCR.
Pada eksperimen anjing percobaan yang digunakan mula-mula diikat sedemikian rupa dan pada salah satu kelenjar air liurnya diberi alat penampung cairan yang dihubungkan dengan pipa kecil (tube). Perlu dketahui bahwa sebelum dilatih (dikenai eksperimen), secara alami anjing selalu mengeluarkan air liur setiap kali mulutnya berisi makanan. Ketika bel dibunyikan maka anjing menunjukan reaksinya yang relevan, yakni tidak mengeluarkan air liur. Kemudin dilakukan eksperimen berupa latihan pembiasaan mendengarkan bel (CS) bersama-sama dengan pemberian makanan berupa serbuk daging (UCS). Setelah latihan berulang-ulang ini selesai, suara bel tadi (CS) didengarkan lagi tanpa diertai makanan (UCS). Ternyata anjing tersebut tetap mengeluarkan air liur (CR), meskipun  hanya mendengarkan suara bel (CS). Jadi, CS akan menghasilkan CR apabila CS dan UCS telah dihadirkan bekali-kali secara bersama-sama.
Untuk dapat menggambarkan hubungan antara S-R (stimulus dan respons)tersebut baik yang unconditioned (secara alami) maupun conditioned (buatan yang dibiasakan).
Eksperimen Pembiasaan Klasik
Sebelum Eksperimen
Pemberian makanan (UCS)                                               Air liur keluar (UCR)
Bunyi bel                 (CS)                                                  Tidak ada respons

Ekspeimen/latihan
Bunyi bel                    (CS)                         +                     Pemberian makanan (UCS)                            
Setelah Eksperimen
Bunyi bel                     (CS)                                                  Air liur keluar (CR)
  
 Dari eksperimen yang dilakukan Palvov maka dapat dijelaskan bahwa belajar adalah perubahan yang ditandai dengan adanya hubungan antara stimulus dan respons.
Teori jika diterapkan dalam kegiatan belajar juga terdapat kelemahan. Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain:
·         Percobaan dalam laboratorium berbeda dengan keadaan yang sebenarnya.
·         Pribadi seseorang (cita-cita, kesanggupan, minat, emosi, dan sebagainya) dapat memengaruhi hasil eksperimen.
·         Respons mungkin dipengaruhi oleh stimulus yang tidak dikenal (tidak dapat diprediksi lebih dahulu stimulus manakah yang menarik perhatian seseorang).
·         Teori ini sangat sederhana dan tidak memuaskan untuk menjelaskan segala seluk-beluk belajar yang ternyata sangat kompleks.
b.   Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya
Teori ini menyatakan bahwa jiwa manusia mempunyai daya-daya, daya tersebut merupakan kekuatan yang tersedia. Manusia memanfaatkan semua daya tersebut dengan cara melatihnya sehingga ketajamannya dirasakan saat dipergunakan. Daya-daya tersebut misalnya daya mengenal, daya mengingat, dayaberpikir, daya fantasi, dan sebagainya. Teori ini menjelaskan bahwa belajar hanyalah cara untuk melatih semua daya itu.
Pengaruh dari teori ini dalam belajar adalah ilmu pengetahuan yang didapat hanyalah bersifat hafalan-hafalan belaka. Penguasaan bahan yang besifat hafalan biasanya jauh dari pengertian. Meskipun demikian, teori dapat digunakan untuk menghafal rumus, dalil, tahun, kata-kata asing, dan sebagainya.
c.    Teori Tanggapan
Teori tanggapan adalah teori yang menentang teori belajar yang dikemukakan teori ilmu jiwa daya. Teori ini dikemukakan oleh Herbert, menurutnya teori yang dikedepankan oleh ilmu jiwa day tidak ilmiah, sebab psikologi daya tidak dapat menerangkan kehidupan jiwa dan unsur jiwa yang paling sederhana adlah tanggapan.
Menurut teori tanggapan belajar adalah memasukan tanggapan sebanyak-banyaknya, berulang-ulang, dan sejelas-jelasnya. Banyak tanggapan berarti dikatakan pandai dan sedikit tanggapan berarti kurang pandai. Dengan kata lain, orang pandai berarti orang yng banyak mempunyai tanggapan yang tesimpan dalam otaknya. Jika tanggapan yang dimaksud diartikan sebagai sebuh kesan, maka belajar adalah proses memsukan kesan-kesan (ilmu pengetahuan yang didapat setelah belajar) ke dalam otak dan menjadikan orang pandai.

d.   Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt
Teori ini dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dai Jerman. Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting daripada bagian-bagian sebab keberadaan bagian-bagian didahului oleh keseluruhan. Menurut teori ini, dalam belajar yang terpenting adalah penyesuaian pertama, yaitu mendapatkan respons dan tanggapan yang tepat. Belajar yang trpenting bukan mengulangi al-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti dan memperoleh insight. Belajar dengan pengertian lebih dipentingkan daripada hanya memasukan sejumlah kesan. Belajar dengan insight  (pengertian) adalah sebagai berikut:
1)      Insight tergantung dari kemampuan dasar.
2)      Insight tergantung dari pengalaman masa lampau yang relevan (dengan apa yang dipelajari).
3)      Insight hanya timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa, sehingga segala aspek yang perlu dapat diamati.
4)      Insight adalah hal yang harus dicari.
5)      Belajar dengan insight dapat diulangi.
6)      Insight sekali didapat dapat digunakan untuk menghadapai seseuatu yang baru.
Prinsip-prisip belajar menurut teori gestalt yaitu:
1)      Belajar berdasarkan keseluruhan.
2)      Belajar adalah suatu proses perkembangan.
3)      Anak didik sebagai organisme keseluruhan.
4)      Terjadi transfer.
5)      Belajar adalah reorganisasi pengalaman.
6)      Belajar harus dengan insight (pengertian).
7)      Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan, dan tujuan.
8)      Belajar berlangsung terus-menerus.
e.    Teori Belajar dari R. Gagne
Dalam masalah belajar ada dua definisi menurut Gagne yaitu:
1.      Belajar ada suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.
2.      Belajar adalah pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari instruksi.
        Gagne mengatakan bahwa segala seseuatu yang dipelajari manusia dapat dibagi menjadi lima kategori yng disebut the domainds of  learning yaitu:
1.      Ketrampilan motoris (motor skill)
Dalam hal ini perlu koordinasi dari berbagai gerakan badan, misalnya melempar bola, main tenis, mengemudi mobil, dan sebagainya.
2.      Informasi verbal
Orang dapat menjelaskan seseuatu dengan berbicara, menulis, menggambar; dalam hal ini dapat dimengerti bahwa untuk mengatakan seseutau perlu intelegensi.
3.      Kemampuan intelektual
Manusia mengadakan interaksi dengan dunia lua dengan menggunakan simbol-simbol. Kemampuan belajar dengan cara inilah yang disebut “kemampuan intelektual”. Misalnya membedakan huuf m dan n dan menyebutkan tanaman yan sejenis.
4.      Strategi kognitif
Ini merupakan organisasi keterampilan yang internal (internal organized skill) yang perlu  untuk belajar mengingat dan berpikir. Kemampuan ini berbeda dengankemampuan intelektul, karena ditunjukan ke dunia luar, dan tidak dpat dipelajari hanya dengan berbuat satu kali serta memerlukan perbaikan-perbaikan terus-menerus.
5.      Sikap
Kemampuan ini tidak dpat dipelajari dengan ulangan-ulangan, tidak tergantung atau dipengaruhi oleh hubungan verbal seperti halnya domain yang lain. Sikap ini penting dalam proses belajar; tanpa kemampuan ini belajar tidak akan berhasil dengan baik.
D.    Jenis-jenis Belajar
Jenis-jenis belajar adalah sebagai berikut :
1.   Belajar Abstrak
Belajar abstrak adalah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemacahan masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam mempelajari hal-hal yang abstrak, akal menduduki peran penting dalam pemecahan masalahnya disamping penguasaan konsep, prinsip dan generalisasi. Yang termasuk dalam jenis belajar abstrak mislanya belajar matematika, kimia, kosmografi, astronomi dan tauhid.
2.   Belajar Keterampilan
Belajar keterampilan adalah belajar yang menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot. Tujuannya adalah memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Yang termasuk jenis belajar keterampilan misalnya belajar olahraga, musik, menari, melukis, memperbaiki benda-benda elektronik, dan sebagian materi pelajaran agama, seperti ibadah sholat dan haji.
3.   Belajar Pemecahan Masalah
Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti. Tujuannya untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas.
Dalam hal ini, hampir semua bidang studi dapat dijadikan sarana belajar pemecahan masalah. Untuk keperluan ini guru yang khususnya mengajar bidang eksakta, seperti matematika, fisika, dan kimia sangat dianjurkan menggunakan model dan strategi mengajar ysng berorientasi pada cara pemecahan masalah.
4.   Belajar Rasional
Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan rasional. Tujuannya ialah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Jenis belajar ini sangat erat kaitanya dengan belajar pemecahan masalah.
        Bidang-bidang studi yang dapat digunakan sebagai sarana belajar rasional sama dengan bidang-bidang studi untu belajar pemecahan masalah. Perbedaannya, belajar rasional tidak memberi tekanan khusus pada penggunaan bidang studi eksakta. Artinya bidang studi noneksakta pun dapat memberi efek yang sama dengan bidang studi eksakta dalam belajar rasional.
5.   Belajar Apresiasi
Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan (judgment) arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (affective skills). Yang dalam hal ini kemampuan menhargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik, dan sebagainya.
Bidang-bidang studi yang dapat menunjang tercapainya tujuan bejalar apresiasi antara lain bahasa dan sastra, kerajinan tangan (prakarya), kesenian, dan menggambar. Selain bidang-bidang studi ini, bidang studi agama juga memungkinkan untuk digunakan sebagai alat pengembangan apresiasi siswa, misalnya dalam hal seni baca tulis Al-Qur’an.
6. Belajar Pengetahuan
Belajar pengetahuan adalah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Studi ini juga dapat diartikan sebagai sebuah program belajar terencana untuk menguasai materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan investigasi dan eksperimen (Reber, 1998). Tujuan belajar pengetahuan adalah agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat-alat laboratorium dan penelitian lapangan.
Contoh: kegiatan siswa dalam bidang studi fisika mengenai “gerak” menurut hukum Newton I. Dalam hal ini siswa melakukan eksperimen untuk membuktikan bahwa setiap benda tetap diam atau bergerak secara beraturan, kecuali kalau ada gaya luar yang mempengaruhinya. Contoh lainnya, kegiatan siswa dalam bidang studi biologi mengenai protoplasma, yakni zat hidup yang ada pada tumbuhan dan hewan. Dalam hal ini siswa melakukan investigasi terhadap senyawa organik yang terdapat dalam protoplasma yang meliputi: karbohidrat, lemak, protein dan asam nukleat.


7. Belajar Arti Kata
Belajar arti kata maksudnya adalah orang mulai menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan. Pada mulanya suatu kata sudah dikenal, tetapi belum tahu artinya. Setiap pelajar atau mahasiswa pasti belajar arti kata-kata tertentu yang belum diketahui. Tanpa hal ini, maka sukar menggunakannya. Kalaupun dapat menggunakannya, tak urung ditemukan kesalahan penggunaan. Mengerti arti kata-kata merupakan dasar terpenting. Orang yang membaca akan mengalami kesukaran untuk memahami isi bacaan, karena ide-ide yang terpatri dalam suatu kata atau kalimat hanya dapat dipahami dengan mengerti arti setiap kata. Dengan kata-kata itulah, para penulis atau pengarang melukiskan ide-idenya kepada sidang pembaca. Oleh karena itu, penguasaan arti kata-kata adalah penting dalam belajar.
8.   Belajar Kognitif
Tak dapat disangkal bahwa belajar kognitif bersentuhan dengan masalah mental. Objek-objek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambang yang merupakan sesuatu bersifat mental. Dalam belajar kognitif, objek-objek yang ditanggapi tidak hanya bersifat materiil, tetapi juga yang bersifat tidak materiil. Objek-objek yang bersifat materiil misalnya: orang, binatang, bangunan, kendaraan, perabotan rumah tangga, dan tumbuh-tumbuhan. Objek-objek yang bersifat tidak materiil misalnya, ide kemajuan, keadilan, perbaikan, pembangunan, dan sebagainya. Belajar kognitif penting dalam belajar. Dalam belajar, seseorang tidak bisa melepaskan diri dari belajar kognitif. Mana bisa kegiatan mental tidak berproses ketika memberikan tanggapan terhadap objek-objek yang diamati. Sedangkan belajar itu sendiri adalah proses mental yang bergerak ke arah perubahan.
9.   Belajar Menghafal
Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal di dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli. Dalam menghafal, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan, yaitu mengenai tujuan, pengertian, perhatian, dan ingatan. Efektif tidaknya dalam menghafal dipengaruhi oleh syarat-syarat tersebut. Menghafal tanpa tujuan menjadi tidak terarah, menghafal tanpa pengertian menjadi kabur, menghafal tanpa perhatian menjadi kacau, dan menghafal tanpa ingatan menjadi sia-sia.
10.  Belajar Teoritis
Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta (pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan dapat digunakan untuk memecahkan masalah, seperti yang terjadi dalam bidang studi ilmiah, maka diciptakan konsep-konsep, relasi-relasi diantara konsep-konsep dan struktur-struktur hubungan, sekaligus dikembangkan metode-metode untuk memecahkan masalah-masalah secara efektif dan efisien, misalnya dalam penelitian fisika.
11.  Belajar Konsep
Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapi, sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu.       Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang harus didefinisikan. Konsep konkret adalah pengertian yang menunjukkan objek-objek dalam lingkungan fisik. Konsep ini mewakili benda tertentu, misalnya, meja, kursi, tumbuhan, mobil, dan sebagainya. Konsep yang harus didefinisikan adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi tidak langsung menunjuk pada realitas dalam lingkungan hidup fisik, karena realitas itu tidak berbadan. Hanya dirasakan adanya melalui proses mental.
12.  Belajar Kaidah
Kaidah adalah suatu pegangan yang tidak dapat diubah-ubah. Kaidah merupakan suatu representasi (gambaran) mental dari kenyataan hidup dan sangat berguna dalam mengatur kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti bahwa kaidah merupakan suatu keteraturan yang berlaku sepanjang masa. Oleh karena itu, belajar kaidah sangat penting bagi seseorang sebagai salah satu upaya penguasaan ilmu selama belajar di sekolah atau perguruan tinggi.
Belajar  kaidah merupakan jenis dari belajar kemahiran intelektual, yang dikemukakan oleh Gagne. Belajar kaidah adalah bila dua konsep atau lebih dihubungkan satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang merepresentasikan suatu keteraturan.
 Orang yang telah mempelajari suatu kaidah, mampu menghubungkan beberapa konsep. Selama belajar disekolah atau di perguruan tinggi, seseorang akan menemukan kaidah-kaidah. Hal ini harus dipunyai untuk kemajuan belajar.
E.     Aktivitas-aktivitas Belajar
Aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi dalam rangka mencapai tujuan belajar. Seperti yang telah disebutkan dalam buku Psikologi Belajar, Abu Ahmadi mengutip pernyataan dari James O. Whittaker tentang definisi belajar, belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengamalan.
Dari pernyataan diatas, aktivitas atau tingkah laku belajar sangat berkaitan sengan indera manusia dalam pelaksanaannya, dimana indera ini sangat membantu dalam proses mencari tahu informasi yang dibutuhkan. Berikut ini dikemukakan beberapa contoh aktivitas belajar.
1.   Mendengarkan
Dalam kehidupan sehari-hari kita bergaul dengan orang lain. Dalam pergaulan itu sangat mungkin sekali untuk terjadi sebuah percakapan. Dari percakapan itu memberikan kesempatan seseorang untuk belajar. Dalam situasi ini seseorang dapat mendengarkan apa isi dari percakapan tersebut. Seseorang dapat memperoleh informasi yang sedang dibutuhkan. Maka dari penyerapan informasi ini seseorang dapat dikatakan sedang melakukan aktivitas belajar.
             Dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ada ceramah atau kuliah dari guru atau dosen. Tugas pelajar atau mahasiswa disini adalah mendengarkan. Tetapi mendengarkan disini adalahmendengarkan yang didorong oleh kebutuhan, motivasi dan tujuan tertentu sehingga dapat dikatakan sebagai aktivitas belajar.



2.   Memandang
Setiap aktivitas yang berhubungan dengan visual dapat memberi kesempatan bagi seseorang untuk belajar. Dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang dapat kita pandang, akan tetapi tidak semua pandangan atau penglihatan kita adalah belajar. Meskipun pandangan kita tertuju pada suatu objek visual, apabila dalam diri kita tidak terdapat kebutuhan, motivasi serta tujuan tertentu, maka pandangan yang demikian tidak termasuk belajar.
Alam sekitar kita memberikan banyak sekali objek-objek yang memberi kesempatan untuk belajar. Apabila kita memandang segala sesuatu dengan tujuan tertentu yang menambah pengetahuan kita, maka hal demikian dapat dikatakan belajar.
3.   Meraba, membau dan Mencicipi/Mengecap
Aktivitas Meraba, membau dan Mencicipi/Mengecap merupakan aktivitas sensoris seperti halnya mendengar dan memandang. Gula rasanya manis, kopi tanpa gula rasanya pahit, dari mana kita tahu rasa gula dan kopi,di dinilah seseorang memperoleh kesempatan belajar dengan cara  Meraba, membau dan Mencicipi/Mengecap dengan tujuan mengetahui rasa gula yang manis dan kopi dan pahit. Dengan begitu mengecap dapat dikatakan belajar apabila aktivitas-aktivitas itu didorong oleh kebutuhan, motivasi untuk mencapai tujuan tertentu untuk mendapatkan pengetahuan menganai suatu hal.
4.   Menulis atau Mencatat
Setiap aktivitas pengindraan kita yang bertujuan, akan memberikan kesan-kesan yang berguna untuk proses belajar yang selanjutnya. Material atau objek yang ingin kita pelajari lebih lanjut harus memberi kemungkinan untuk diingat dan dipraktekkan.  Beberapa material diantaranya terdapat di dalam buku, di kelas ataupun catatan yang kita buat sendiri. Kita dapat membuat catatan dari setiap buku yang kita pelajari untuk dibuka kembali ketika kita mulai lupa.
Tidak semua aktivitas mencatat adalah belajar. Mencatat yang dapat dikatakan sebagai aktivitas belajar adalah ketika orang menyadari kebutuhan dan tujuannya, seseorang harus tahu apa yang dibutuhkan dan mana yang harus dicatat sehingga catatan itu nantinya berguna  untuk proses belajar selanjutnya.
5.   Membaca
Seorang pelajar atau mahasiswa tidak akan terlepas dari kegiatan membaca. Kebanyakan orang-orang cerdas hobi membaca. Karena dari membaca banyak sekali pengetahuan uyang dapat diperoleh. Namun lain halnya dengan orang yang membaca sambil berbaring di tempat tidurnya dengan tujuan agar bisa tertidur.
 Membaca semacam ini tidak termasuk belajar. Membaca yang membatu kita belajar adalah membaca yang efektif, misalnya dengan memulai memperhatikan judul-judul bab, topik-topik untama yang mengarah kepada kebutuhan dan tujuan. Sehingga nantinya kita dapat mengetahui maksud dan tujuan yang ingin disampaikan oleh penulis buku tersebut.
Membaca yang efektif dapat diiringi dengan mencatat hal-hal yang penting. Kita dapat membuat ikhtisar atau ringkasan-ringkasan yang dapat membantu kita mengingat kembali materi dari buku yang kita baca dan membantu menemukan materi yang harus dipelajari kedepannya.
6.   Berlatih atau Praktik
Latihan atu praktik termasuk aktifitas belajar. Orang yang berlatih tetntunya sudah mempunyai dorongan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat mengembangkan suatu aspek pada dirinya.
Dalam berlatih atau paraktik sesuatu terjadi interaksi yang interaktif antara subjek dan lingkungan. Dalam kegiatan berlatih atau praktik, setiap tindakan subjek terjadi secara integratif dan terarah ke suatu tujuan. Hasih dari latihan atau praktik itu sendiri akan berupa pengalaman yang dapat mengubah diri subjek serta lingkungannya. Artinya lingkungan dalam diri subjek.


BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
1.      Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh tingkah laku sebagai hasil dari penglaman individual demi interaksi dengan lingkungannya yang meyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.
2.      Ciri-ciri belajar antara lain: Perubahan yang terjadi secara sadar, Perubahan dalam belajar bersifat fungsional, Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, perubahan belajar bukan bersifat sementara, Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah, Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
3.      Teori-teori belajar diantaranya: teori-teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi, teori belajar menurut ilmu jiwa daya, teori tanggapan, teori belajar menurut ilmu jiwa gestalt, teori belajar dari R.Gagne.
4.      Jenis-jenis belajar antara lain: belajar abstrak, belajar keterampilan, belajar pemecahan masalah, belajar rasional, belajarapresiasi, belajar pengetahuan, belajar arti kata, belajar kognitif, belajar menghafal, belajar teoritis, belajar konsep, belajar kaidah.
5.      Aktivitas-aktivitas belajar adalah sebagai berikut: Mendengarkan, Memandang, Meraba, membau dan Mencicipi/Mengecap, Menulis atau Mencatat, Membaca, Berlatih atau Praktik.











Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Prawira, Purwa Atmaja. 2013. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru. Yogyakarta : Ar-ruzz Media.
Purwanto, M. Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar