Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.(QS.Al-Ahzab:21)

Selasa, 20 Mei 2014

makalah discovery



METODE DISCOVERY
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Globalisasi yang sedangterjadisaatinitelahmembawapengaruhdanperubahandalamberbagaibidang. Kemajuanilmupengetahuandanteknologimemberikanbanyakdampakdalamkehidupanmanusia, baikdampakpositifmaupunnegatif.Duniapendidikanjugatidakluputdaripengaruhkemajuanilmupengetahuandanteknologitersebut. Proses pembelajaran yang adasaatinitidakhanyadilakukandengancara guru meyampaikanmaterisecaralisansaja, melainkanjugamemanfaatkanadanya multimedia sebagaisaranadalamkegiatanbelajar-mengajar.
Multimediatelahbanyakdimanfaatkandalamduniapendidikankarenamembantusiswa agar lebihmudahdalammemahamimateri yang sedangdipelajari. Hal inidisebabkankarenamelalui multimedia penyampaianmateribisaditampilkansecaralebihmenarik. Contohnyadalammatapelajaranfisika. Padaumumnyasiswaberanggapanbahwafisikaitusulitkarenadidalamnyaidentikdenganrumusdanangka.
Untukitulahperan multimedia menjadipentingdalam proses pembelajaran. Karenamelalui multimedia materipembelajaranbisadibuatmenjadilebihmenarik. Dengantampilan yang lebihmenarikmakaakanmembuatpesertadidikmenjadilebihbersemangatdalambelajarsehinggamerekaakanlebihmudahuntukmemahamimateritersebut.
B. RumusanMasalah
1. Bagaimana definisi discovery?
2. Apa saja manfaat discovery dalam pembelajaran?
3. Apa saja tujuan dari discovery dalam pembelajaran?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan metode discovery?
5. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan metode discovery?
6. Apa saja jenis-jenis metode discovery?
7. Bagaimana aplikasi discovery dalam pembelajaran?


C. Tujuan
1. Mengetahui definisi discovery.
2. Mengetahui manfaat discovery dalam pembelajaran.
3. Mengetahui tujuan discovery dalam pembelajaran.
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan metode discovery.
5. Mengetahui langkah-langkah pelaksanaan metode discovery.
6. Mengetahui jenis-jenis metode disovery.
7. Mengetahui aplikasi discovey dalam pembelajaran.






















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Metode Pembelajaran Discovery
Penemuanadalahterjemahandaridiscovery. MenurutSund, discoveryadalah proses mental dimanasiswamampumengasimilasikansesuatukonsepatauprinsip. Proses mental tersebutialahmengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuatdugaan, menjelaskan, mengukur, membuatkesimpulandansebagainya.
Sedangkan Jerome Bruner[1] berpendapat bahwa guru harusmenciptakansituasi, di manasiswadapatbelajarsendiridaripadamemberikansuatupaket yang berisiinformasiataupelajarankepadasiswa.
Menurut Moh. Amin, pengajarandiscoveryharusmeliputipengalaman-pengalamanbelajaruntukmenjaminsiswadapatmengembangkan proses-proses discovery. Inquiry dibentukdanmeliputidiscoverydanlebihbanyaklagi. Dengan kata lain, inquiry adalahsuatuperluasan proses-proses discovery yang digunakandalamcaralebihdewasa. Sebagaitambahanpada proses-proses discovery, inquiry mengandung proses-proses mental yang lebihtinggitingkatannya, misalnyamerumuskanproblemasendiri, merancangeksperimen, melakukaneksperimen, mengumpulkandanmenganalisis data, menarikkesimpulan, mempunyaisikap-sikapobyektif, jujur, hasratingintahu, terbuka, dansebagainya.
B. TujuanDiscovery
Denganmelakukankegiatan-kegiatandiscoverydenganbaik, makaakandiperolehsejumlahtujuan. Pertama, memperkuatinformasipengetahuan yang sudahdiperolehsiswa, terutamajikabahanmatapelajarandapatdisampaikandengancaraberbeda. Kedua, mengembalikankonsep-konsep yang sulit yang perludidiskusikanlagidengansiswa-siswasecaralebihterinci. Ketiga, berpikirkembalitentangmasalah-masalah yang sulit, karenasiswakadang-kadangmelihatpenyelesaianmasalah yang sebelumnyatidaktampak. Keempat,menyampaikanbahandaribeberapamasalah-masalah yang belumterselesaikanuntukmembantusiswamemperbaikiketerampilanintelektualmerekasehinggasecaraperlahan-lahanmemberi
            Sebagaidampakpembelajarandalam model iniadalahstrategipenelitiandansemangatkreatif. Sedangkandampakpengiringnyaadalahhakikattentatifkeilmuan, keterampilan proses keilmuan, otonomisiswa, toleransiterhadapketidakpastiandanmasalah-masalah non rutin.[2]
C. ManfaatDiscovery
Belajarmenemukansesuatubanyakmanfaatnyadalamhubungannyadenganilmupengetahuandanmatapelajaran. Contoh, beberapa museum ilmupengetahuanmemilikisatuseritabungsilinder yang berbedaukurandanberatnya, beberapaada yang padat, danbeberapaada yang berlubang. Siswadidoronguntuk “berlomba” memiringkankebawah. Denganeksperimen yang hati-hatisiswadapatmenemukankecepatandarisilinder-silindertersebut. Ada beberapamanfaatataukeuntunganpentingdaridiscovery learning. Pertama, discovery learning menimbulkankeingintahuansiswa, dapatmemotivasimerekauntukmelanjutkanpekerjaansampaimerekamenemukanjawaban-jawaban. Kedua, pendekataninidapatmengajarketerampilanmenyelesaikanmasalahsecaramandiridanmungkinmemaksasiswauntukmenganalisisdanmemanipulasiinformasi, dantidakhanyamenyerapsecarasederhanasaja.
Penerapannyadalampelajaran. Guru yang biasamenggunakanteoridiscovery learning seharusnyamendorongsiswauntukselalumandiridanpercayadirimulaidaripermulaansiswamasuksekolahpertama kali. Tetapi, bagaimanakitadapatmembantusiswasupayamandiri? Mungkinjawaban yang paling tepatdariperpektifdiscovery learning adalahmembiarkansiswa-siswamengikutiminatmerekasendiriuntukmencapaikompetendankepuasandarikeingintahuanmereka. Guru sebaiknyamendorongsiswauntukmenyelesaikanmasalah-masalahmerekasendiriuntukdaripadamengajarmerekadenganjawaban-jawaban guru. Siswaakanmendapatkeuntungan-keuntungandenganmelihatdanmelakukanhal-haldarihanyasekadarmendengarceramahatau kata-kata guru. Guru dapatmembantusiswamengertikonsep-konsep yang sulitdenganmenggunakanparagaanatagambar-gambar.
Mengajarharusluwes (flexible) danmenyelidikiataumenjelajahi (exploratory). Jikasiswatampakberjuangdengansatukonsep, berilahwaktukepadasiswauntukmencobamenyelesaikanmasalahmerekasendirisebelum guru memberikanpenyelesaiannya.
Hal-hal lain yang pentinguntuk guru adalahmempertimbangkansikapsiswadalambelajar. Menurut Bruner, sekolahharusmenimbulkankeingintahuan, mengurangirisikokegagalan, danserelevanmungkinuntuksiswa.[3]
D. Kelebihan dan Kekurangan Discovery
            Mengenaikelebihandankekuranganmetodepenemuan/discoverydiuraikanolehSudirman N, dkk (1992) sebagaiberikut :
Kelebihanmetodediscoveryadalahsebagaiberikut :
1.      Siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar
2.      Siswa memahami pelajaran
3.      Menimbulkan rasa puas bagi siswa
4.      Siswa akan dapat mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks
5.      Melatih siswa belajar mandiri
Kekuranganmetodepenemuandiscovery:
1.      Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima informasi dari guru apa adanya.
2.      Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi, sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar. Ini pun bukan pekerjaan yang mudah karena umumnya guru merasa belum puas kalau tidak banyak menyajikan informasi (ceramah).
3.      Metode ini memberikan kebebasan pada siswa dalam belajar, tetapi tidak berarti menjamin bahwa siswa belajar dengan tekun, penuh aktivitas, dan terarah.
4.      Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yang lebih baik. Dalam kondisi siswa banyak (kelas besar) dan guru terbatas, agaknya metode ini sulit terlakasanakan dengan baik.
5.      Menyita banyak waktu bagi pendidik dan peserta didik.
6.      Tidak semua siswa mampu melakukan penemuan.
E. Langkah-langkahMetode PembelajaranDiscovery
Disovery learning menurut Jerome Bruner yaitu dengan cara menyarankansiswa agar belajarmelaluikegiatanmerekasendiridenganmemasukkankonsep-konsepdanprinsip-prinsip, di manamerekaharusdidoronguntukmempunyaipengalamandanmelakukaneksperimendanmembiarkanmerekauntukmenemukanprinsip-prinsipbagimerekasendiri. Contoh, daripadamengajarisiswamenghitung (x+1)2 = x2 + 2x = 1, diamenyarankan guru menggunaknsuatu proses di manasiswa-siswabereksperimendengantigabentukbalok. Pertama, balokberbentukempatpersegipanjangdandiberitahukankepadasiswabahwalebarnyaa 1 inci (2,45 cm) danpanjangnya x. Balokkeduaberbentukempatpersegi, di manapanjangnya x danlebarnya x, danbalokketigaberbentukempatpersegi yang panjangnya 1 danlebarnya 1. Denganmenyatukanbalok-balokmenjadiempatpersegi yang lebihbesar, siswamenemukanbahwauntukmembuatempat yang lebihbesar , merekaharusmenambahbalokempatpersegipanjangpadasetiapsisibalok yang berukuran x kali x(x2). Merekajugaharusmenambahbalokberukuran 1 kali 1.[4]
Menurut Gilstrap dalam buku Suryosubroto menyatakan bahwa langkah-langkah yang harus ditempuh kalau seorang guru melaksanakan metode discovery adalah sebagai berikut:
1.      Menilai kebutuhan dan minat siswa, dan menggunakannya sebagai dasar untuk menentukan tujuan yang berguna dan realistis untuk mengajar dengan penemuan.
2.      Seleksi pendahuluan, atas dasar kebutuhan dan minat siswa, prinsip-prinsip, generalisasi, pengertian dalam hubunganya dengan apa yang akan dipelajari.
3.      Mengatur susunan kelas sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran siswa dalam belajar dengan penemuan.
4.      Bercakap-cakap dengan siswa untuk membantu menjelaskan peranan.
5.      Menyiapkan suatu situasi yang mengandung masalah yang minta dipecahkan.
6.      Mengecek pengertian siswa tentang masalah yang digunakan untuk merangsang belajar dengan penemuan.
7.      Menambah berbagai alat peraga untuk kepentingan pelaksanaan penemuan.
8.      Memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan bekerja dengan data, misalnya tiap siswa mempunyai sebuah tabung yang diamatinya dan dicatatnya.
9.      Mempersilahkan siswa mengumpulkan dan mengatur data sesuai dengan kecepatanya sendiri, sehingga memperoleh tilikan umum.
10.  Memberi kesempatan kepada siswa melanjutkan pengalaman belajar, walaupun sebagai atas tanggung jawabnya sendiri.
11.  Memberi jawaban dengan tepat dan cepat dengan data dan informasi kalau ditanya dan kalau ternyata diperlukan siswa dalam kelangsungan kegiatannya.
12.  Memimpin anlisisnya sendiri melalui percakapan dan eksplorasinya sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengindentifikasi proses.
13.  Mengajarkan keterampilan untuk belajar dengan penemuan yang diidentifikasi oleh kebutuhan siswa, misalnya latihan penyelidikan.
14.  Merangsang interaksi siswa dengan siswa, misalnya merundingkan strategi penemuan, mendiskusikan hipotesis dan data yang terkumpul.
15.  Mengajukan pertanyaan tingkat tinggi maupun pertanyaan tingkat yang sederhana.
16.  Bersikap membantu jawaban siswa, ide siswa, pandangan dan tafsiran yang berbeda. Bukan menilai secara kritis tetapi membantu menarik kesimpulan yang benar.
17.  Membesarkan siswa untuk memperkuat pertanyaannya dengan alasan dan fakta.
18.  Memuji siswa yang sedang bergiat dalam proses penemuan, misalnya seorang siswa yang bertanya kepada temannya atau kepada guru tentang berbagai tingkat kesukaran dan siswa yang mengindentifikasi hasil dari penyelidikannya sendiri.
19.  Membantu siswa menulis atau merumuskan prinsip, aturan, ide, generalisasi  atau pengertian yang menjadi pusat dari masalah semula dan yang telah ditemukan melalui strategi penemuan.
20.  Mencek  apakah siswa menggunakan apa yang telah ditemukannya, misalnya pengertian atau teori atau teknik, dalam situasi berikutnya; situasi dimana siswa bekas menentukan pendekatannya.[5]
F. Jenis-jenisDiscovery
1.      GuidedDiscovery
Sebagian perencanaan dibuat oleh guru, selain itu guru menyediakan kesempatan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Dalam hal ini siswa tidak merumuskan problema, sementara petunujuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat apa yang diberikan oleh guru.
2.      Modified Discovery
Guru hanya memberikan problema saja. Biasanya disediakan bahan atau alat-alat yang diperlukan, kemuadian siswa diundang untuk memecahkannya melalui pengamatan, eksplorasi dan atau melalui prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannya. Pemecahan masalah dilakukan atas inisiatif dan caranya sendiri secara berkelompok atau perseorangan. Guru berperan sebagai pendorong, nara sumber, dan memberikan bantuan yang diperlukan untuk menjamin kelancaran proses belajar siswa.

G. Aplikasi Discovery dalam Multimedia Pembelajaran Fisika

Pendidik menampilkan fenomena fisika dengan multimedia dan peserta didik menganalisis terhadap apa yang mereka tangkap dari fenomena yang diberikan. Dalam hal ini, seorang guru belum memberikan penjelasan satupun tentang disiplin keilmuwan yang akan didapat dari melihat fenomena fisika dalam multimedia tersebut. Kemudian peserta didik menjelaskan apa yang mereka pahami dari pengamatan mereka. Sehingga peserta didik mendapatkan kebebasan dalam meng-interpretasi kan fenomena yang kemudian penemuan secara tidak langsung inilah yang sejatinya akan lebih melekat pada daya ingat peserta didik. Setelah itu guru baru menjelaskan disiplin keilmuwan yang menjadi materi.




BAB III
KESIMPULAN
A.    Kesimpulan
         Dari materi yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa metode discovery adalah sebuah metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar dalam bentuk penemuan. Seorang pendidik menyajikan sebuah bentuk permasalahan, dan peserta didik harus memecahkan permasalahan tersebut. Sehingga terciptalah sebuah penemuan yang dapat meningkatkan daya kreatifitas siswa, melatih kemandirian siswa, menambah daya ingat dalam materi tersebut dan menimbulkan rasa puas tersendiri bagi peserta didik.
         Akan tetapi ada beberapa kelemahan yang diperoleh ketika seorang pendidik menerapkan metode discovery. Yaitu perlunya kebiasaan yang cara belajar yang harus diubah, siswa tidak dijamin dapat belajar dengan tekun, penuh aktivitas dan terarah, perlu adanya bimbingan dari pendidik, tidak semua siswa dapat menemukan sebuah pemecahan/penemuan masalah yang dihadapi dan tentunya metode ini dapat memakan waktu yang lama. Penerapan metode discovery dalam pembelajaran fisika khususnya menggunakan multimedia adalah dengan cara pendidik menampilkan fenomena fisika dan peserta didik menganalisis terhadap apa yang mereka tangkap dari fenomena yang diberikan. Kemudian peserta didik menjelaskan apa yang mereka pahami dari pengamatan mereka. Kasus dari penerapan tersebut dapat ditampilkan dalam berbagai software yang ada dalam multimedia, sebagai contoh dapat disajikan menggunakan corel atau adobeflash.






DAFTAR PUSTAKA
Djiwandono, Sri Esti Wuryani. 2002.Psikologi Pendidikan.Jakarta: Grasindo.
Suryosubroto, B. 2008.Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.


[1] Bruner mengatakandalambukunyathe act of Discovery: We teach a subject not to produce little living libraries on that subject, but rather to get a student to think.. for himself, to consider matters as an historian does, to take part in the process of knowledge-getting. Knowing is a process, not a product.
[2]Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2002), hlm: 173
[3] Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2002), hlm: 172
[4] Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2002), hlm: 170
[5] B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), hlm. 200

Tidak ada komentar:

Posting Komentar