Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.(QS.Al-Ahzab:21)

Selasa, 20 Mei 2014

makalah tentang motivasi belajar



MOTIVASI BELAJAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Belajar adalah suatu hal yang tak pernah dapat dipisahkan dari setiap individu. Manusia diberi fasilitas berupa akal agar dimanfaatkan sebaik mungkin, yang salah satu caranya adalah dengan belajar. Ketika keinginan untuk belajar telah muncul sebagai suatu stimulus untuk mengetahui suatu hal, maka seseorang dengan keinginan belajar tadi akan memperoleh suatu hazanah keilmuwan. Disinilah peran motivasi berlangsung.
Pada dasarnya motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.[1] Dorongan yang bisa disebut sebagai motivasi ini juga berlaku utamanya dalam kegiatan belajar.
Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat dibutuhkan agar tujuan yang ingin dicapai jelas yang kemudian akan mengantarkan seorang individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan demi mencapai apa yang telah menjadi misi dalam belajarnya. Seseorang dengan kesadaran dan motivasi yang tinggi dalam proses belajarnya akan memperoleh hasil yang berbeda dengan orang yang hanya belajar karena dorongan atau paksaan dari pihak tertentu.
Kebutuhan akan motivasi sangat urgen terutama dalam hal belajar. Karena pada dasarnya dengan belajar inilah individu akan mendapatkan segala hal yang dibutuhkan untuk menyonsong kehidupan mendatang. Seperti yang dikutip oleh Imam Syafi’i dalam suatu hadits berikut ini. “Barangsiapa menginginkan sukses dunia hendaklah diraihnya dengan ilmu dan barangsiapa menghendaki sukses akherat hendaklah diraihnya dengan ilmu, barangsiapa ingin sukses dunia akherat hendaklah diraih dengan ilmu.”
Kian hari motivasi semakin dibutuhkan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Mengingat kemajuan teknologi yang dari hari ke hari semakin berkembang pesat membutuhkan generasi sekarang sebagai penerus bangsa harus memiliki keinginan yang kuat agar dapat bertahan hidup dengan tetap mengikuti dinamika kehidupan. Tetapi pada kenyataannya tidak sedikit masyarakat yang masih saja belum memiliki suatu visi atau misi kehidupan, terutama dalam hal belajar. Hal ini dikarenakan rendahnya potensi motivasi yang tertanam dalam jiwa seorang individu.
1.2  Rumusan Masalah
1.Apa pengertian motivasi belajar?
2.Apakah yang dimaksud dengan motivasi intrinsik dan ekstrinsik?
3.Bagaimana cara menimbulkan motivasi ekstrinsik disertai aplikasinya dalam pembelajaran fisika?
4.Apa saja upaya-upaya yang dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi belajar?
1.3  Tujuan
1.Mengetahui pengetian motivasi belajar.
2.Mengetahui motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
3.Mengetahui cara menimbulkan motivasi ekstrinsik disertai aplikasinya dalam pembelajaran fisika.
4.Mengetahui upaya-upaya yang dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi belajar.












BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Motivasi Belajar
Secara etimologi, istilah Motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere yang berarti menggerakkan (to move). Sedangkan para ahli mendefinisikan motivasi sebagai berikut :
1.      Menurut Prench, “Motivation may be defined as the desire and willingness of person to expend effort to reach a particular goal or outcome.” Motivasi adalah keinginan dan kemauan individu untuk mencurahkan segala upaya dalam mencapai tujuan atau hasil tertentu.
2.      Gitosudarmo dan Sudita, motivasi adalah faktor yang ada dalam diri seseorang  yang menggerakkan, mengarahkan perilakunya untuk memenuhi tujuan tertentu.
3.      John Jung, “The concept motivation also implies the energy is involved to active the individual a level that enable the performance of apropriate behaviour.” Motivasi ialah dorongan dari dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku agar tercapai tujuan tertentu.[2]
4.      Mc. Donald, “Motivation is a energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction.” Atau secara garis besar dapat dinyatakan bahwa motivasi merupakan perubahan energi didalam pribadi individu yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.[3]

2.2  Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik
2.2.1        Motivasi Intrinsik
Menurut John W. Santrock dalam bukunya Educational Psychology, mendefinisikan bahwa motivasi intrinsik (intrinsic motivation) adalah motivasi yang telah ada dalam diri seseorang sebagai pendorong dalam melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan pokok dari aktifitas tersebut.[4] Sebagai contoh, seorang siswa belajar dengan sungguh-sungguh karena telah ada motivasi internal dalam dirinya. Yaitu ingin menambah wawasan pengetahuan. Dan motivasi itulah yang menjadi tujuan utama siswa tersebut.
Menurut Singgih, motivasi intrinsik merupakan dorongan yang kuat berasal dari dalam diri seseorang. Thornburgh berpendapat bahwa motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari dalam diri sendiri. Sedangkan menurut Priyitno, motivasi  intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan oleh faktor pendorong dari dalam diri (internal) individu.
Jika dicermati lebih dalam, terdapat beberapa kata kunci terkait pengertian motivasi intrinsik oleh para ahli diatas. Meskipun dari masing-masing pakar menggunakan konteks bahasa yang berbeda-beda. Secara garis besar, ada 3 kata kunci. Diantaranya adalah; (a) dorongan, (b) internal, (c) tindakan nyata. Sehingga, dapat dengan mudah disimpulkan pengertian motivasi intrinsik. Yaitu suatu dorongan yang muncul dari dalam diri seseorang (internal) untuk melakukan suatu perbuatan dengan tujuan tertentu.
2.2.2 Motivasi Ekstrinsik
John W. Santrock dalam bukunya Educational Psychology, mendefinisikan bahwa motivasi ekstrinsik (extrinsic motivation) adalah dorongan yang muncul dari lingkungan luar seorang individu untuk melakukan suatu hal. Tapi, individu tersebut cenderung mengesampingkan tujuan utama dari kegiatan tersebut,[5] karena menganggap ada tujuan lain yang lebih penting. Contoh, seorang siswa yang sedang belajar mempersiapkan ujian. Dalam melakukan pembelajaran tersebut, motivasi siswa adalah ingin mendapat nilai yang memuaskan. Maka, tujuan yang dia yakini bukan lagi ingin menambah wawasan pengetahuan (seperti pada motivasi intrinsik). Tapi, ingin mendapatkan nilai yang bagus.
Menurut Sardiman, motivasi ekstrinsik merupakan bentuk motivasi yang di dalamnya terdapat aktivitas belajar yang dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar individu. Dorongan tersebut tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Menurut Thomas motivasi ekstrinsik adalah motivasi penggerak atau pendorong dari luar yang diberikan dari ketidakmampuan individu sendiri. Sedangkan menurut Supandi, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul manakala terdapat rangsangan dari luar individu.
Motivasi dikatakan ekstrinsik jika peserta didik menempatkan tujuan belajar diluar faktor faktor situasi belajar (reside in some factors outside the learning situation)[6]. Dengan kata lain, tujuannya menyimpang dari hal yang dipelajarinya. Contoh, penghargaan, gelar sarjana, dll.
Kesimpulannya, pengertian motivasi ekstrinsik tak lepas dari kata kunci berikut; dorongan, eksternal (berasal dari luar), dan tujuan aktifitas tersebut. Dengan kata lain, motivasi ekstrinsik adalah suatu bentuk dorongan yang berasal dari luar untuk melakukan suatu hal dengan tujuan tertentu. Tujuan yang hendak dicapai kebanyakan menyimpang dari tujuan yang seharusnya.
2.2.3 Hubungan Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik
Sebelum membahas lebih lanjut tentang hal ini, akan dipaparkan dahulu fungsi dari motivasi ekstrinsik (untuk mempermudah analisis, diambil salah satu contohnya: penghargaan di kelas)[7]. Yaitu:
Ø  Sebagai insentif (imbalan) atas tugas yang telah dikerjakan. Fungsi ini memiliki tujuan untuk “mengendalikan” perilaku peserta didik.
Contoh, guru memberikan penghargaan (berupa poin) atas keberhasilan siswa dalam mengerjakan tugas. Tapi, penghargaan disini hanya diberikan sekali dua kali dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain, pemberian poin tidak bersifat kontinyu.
Ø  Untuk menyampaikan informasi mengenai seberapa besar kemampuan siswa dalam menerima tugas.
Contohnya masih sama, bedanya dalam fungsi ini penghargaan (poin) yang diberikan bersifat kontinyu. Artinya, setiap peserta didik yang mampu menyelesaikan satu tugas, diberikan poin tertentu dan diakumulasikan sampai akhir semester.
Nah, sekarang akan dianalisis hubungan antara motivasi intrinsik dan ekstrinsik[8] berdasarkan data diatas.
Ø  Motivasi ekstrinsik meningkatkan motivasi intrinsik
Hal ini terjadi pada contoh yang kedua. Alasannya, semakin banyak tugas terselesaikan, semakin banyak pula poin yang didapat. Di sisi lain, dengan melihat banyaknya poin yang didapat, siswa akan merasa lebih berkompeten (mampu) untuk melakukan pembelajaran. Pada akhirnya, rasa percaya diri tumbuh dengan pesat. Lama-kelamaan, motivasi ekstrinsik yang berupa penghargaan tersebut akan tergantikan oleh motivasi intrinsik karena faktor ‘percaya diri’ dan ‘rasa kompeten’ yang didapat sebelumnya.
Ø  Motivasi ekstrinsik melemahkan motivasi intrinsik
Hal ini tampak jelas pada contoh pertama. Pada kasus tersebut, tidak ada tindak lanjut setelah pemberian penghargaan. Itupun tidak berlangsung kontinyu. Jadi, tidak ada pilihan lain bagi peserta didik selain bergantung pada motivasi ekstrinsik tersebut. Pada akhirnya, tentu motivasi intrinsik lama lama akan pudar karena sifat ketergantungan tersebut
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupahasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, dan harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsik-nya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.[9]
2.3  Cara Menimbulkan Motivasi Ekstrinsik dan Aplikasinya dalam Pembelajaran Fisika
Selama ini, minat siswa dalam mengikuti pelajaran fisika di sekolah tidak seperti mengikuti pelajaran lainnya. Siswa berpendapat bahwa pelajaran fisika sulit karena mereka banyak menemukan persamaan matematik sehingga ia diidentikkan dengan angka dan rumus. Kebanyakan siswa merasa sulit memahami konsep dan prinsip fisika. Hal ini berdampak pada rendahnya minat siswa untuk belajar fisika. Masalah ini merupakan salah satu masalah klasik yang sering dijumpai oleh para guru fisika di sekolah.
Ketidaksukaan pada pelajaran fisika, dapat berdampak pula pada sikap siswa terhadap guru fisikanya. Tidak sedikit guru fisika yang kurang disukai oleh siswanya karena kegagalan siswa dalam belajar fisika. Nilai fisika yang buruk menempatkan guru sebagai penyebab kegagalan di mata siswa dan orang tua. Sikap siswa akan sangat berbeda pada guru kesenian atau olah raga misalnya, pelajaran yang menjadi favorit bagi kebanyakan siswa.
Motivasi belajar siswa  yang rendah menyebabkan mereka tidak optimal dalam belajar di kelas. Oleh karena itu, peran guru fisika sebagai motivator dalam belajar mengajar di kelas perlu dilakukan dan dioptimalkan. Materi fisika yang memerlukan analisis dan pemahaman, akan membutuhkan motivasi belajar yang kuat dan berkelanjutan. Faktor-faktor penyebab rendahnya motivasi dan berbagai cara yang dapat diterapkan di kelas untuk meningkatkan motivasi belajar siswa perlu dianalisa.
Ada beberapa faktor yang menyebabkanrendahnyamotivasibelajarsiswa. Pertama, metodemengajar guru yang monotondan  tidakmenyenangkanakanmempengaruhimotivasibelajarsiswa. Kedua, tujuankurikulumdanpengajaran yang tidakjelas (tidak disampaikan kepada siswa). Ketiga, tidakadanyarelevansikurikulumdengankebutuhandanminatsiswa. Yang keempat adalah latarbelakangekonomidan sosialbudayasiswa. Kelima, kemajuan teknologi dan informasi. Keenam, siswa merasakurangmamputerhadapmatapelajarantertentu, seperti fisika. Dan yang terakhir yaitu masalahpribadisiswabaikdengan orang tua, temanmaupundenganlingkungansekitarnya.
Sebagai guru, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa dalam pelajaran fisika. Berikut adalah cara-cara yang ditawarkan:
1.    Guru harus menciptakan iklim belajar yang terbuka dan positif dengan menitikberatkan pada kebutuhan siswa saat ini. 
2.    Membuat siswa aktif berpartisipasi dalam pembelajaran dan mengaitkan pembelajaran fisika dengan kehidupan sehari-hari.
3.    Bersama siswa menganalisis apa yang membuat kelas menjadi lebih atau kurang termotivasi.
4.    Dalam perencanaan pembelajaran, guru harus merancang tindakan pengajaran dan merumuskan RPP yang variatif (sesuai dengan pokok bahasan) agar dapat memotivasi siswa.
5.    Ketika pelaksanaan pembelajaran guru menginformasikandenganjelastujuanpembelajaran yang ingindicapai.
6.    Memberikan penekanan pada pemahaman dan pembelajaran dibandingkan nilai. 
7.    Melakukanevaluasidanmenginformasikanhasilnya, sehinggasiswamendapatinformasi yang tepattentangkeberhasilandankegagalandirinya.
8.    Memberikan penghargaan atas keberhasilan siswa untuk menumbuhkan motivasi instrinsik.[10]
Dalam buku yang lain dijelaskan tentang model penerapan motivasi dalam pendidikan dan pembelajaran sebagai berikut;[11]

Fase Permulaan proses pendidikan/ pembelajaran: asesmen kebutuhan dan kemauan untuk berprestasi
Motivasi peserta didik
Selama proses pendidikan/ pembelajaran: memelihara iklim emosi positif
Fase akhir proses pendidikan/ pembelajaran: hasil belajar
 











2.4  Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
Sebagian besar anak didik aktif belajar bersama dan sebagian kecil anak didik dengan berbagai sikap dan perilaku yang terlepas dari kegiatan belajar di kelas. Kedua kegiatan anak didik yang bertentangan ini sebagai gambaran suasana kelas yang kurang kondusif. Guru tidak harus tinggal diam bila ada anak didik yang tidak terlibat langsung dalam belajar bersama. Perhatian harus lebih diarahkan kepada mereka. Usaha perbaikan harus dilaksanakan agar mereka bergairah belajar.
Menurut De Decce dan Grawford(1974) dalam bukunya Syaiful Bahri Djamarah disebutkan ada empat fungsi guru sebagai pengajar yang berhubungan dengan cara pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar anak didik, yaitu sebagai berikut;
1.      Menggairahkan Anak didik
Dalam kegiatan rutin di kelas sehari-hari guru harus berusaha menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan. Ia harus selalu memberikan kepada anak didik cukup banyak hal-hal yang perlu dipikirkan dan dilakukan. Guru harus memelihara minat anak didik dalam belajar, yaitu dengan memberikan kebebasan tertentu untuk berpindah darisatu aspek ke lain aspek pelajaran dalam situasi belajar. Discovery learning[12] dan metode sumbang saran (brain storming)[13]memberikan kebebasan semacam ini.
2.      Memberikan Harapan Realistis
Guru harus memelihara harapan-harapan anak didik yang realistis dan memodifikasi harapan-harapan yang kurang atau tidak realistis. Untuk itu guru perlu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai keberhasilan atau kegagalan akademis setiap anak didik di masa lalu. Dengan demikian, guru dapat membedakan antara harapan-harapan yang relistis, pesimistis, dan terlalu optimis. Bila anak didik telah banyak mengalami kegagalan, maka guru harus memberikan sebanyak mungkin keberhasilan kepada anak didik. Harapan yang diberikan tentu saja terjangkau dan dengan pertimbangan yang matang. Harapan yang tidak realistis adalah kebohongan dan itu yang tak disenangi oleh anak didik. Jadi, jangan coba-coba menjual harapan munafik bila tidak ingin dirugikan oleh anak didik.
3.      Memberikan Insentif
Bila anak didik mengalami keberhasilan, guru diharapkan memberikan hadiah kepada anak didik (dapat berupa pujian, angka yang baik, dan sebagainya) atas keberhasilannya, sehingga anak didik terdorong unuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Bentuk motivasi ini merupakan motivasi ekstrinsik, dimana masalah hadiah, pujian, dan memberi angka telah diakui keampuhannya untuk membangkitkan motivasi secara signifikan.
4.      Mengarahkan Perilaku Anak Didik
Mengarahkan perilaku anak didik adalah tugas guru. Di sini guru dituntut untuk memberikan respons terhadap anak didik yang tak terlibat langsung dalam kegiatan belajar di kelas. Anak didik yang diam, yang membuat keributan, yang berbicara semaunya, dan sebagainya harus diberikan teguran secara arif dan bijaksana. Usaha menghentikan perilaku anak didik yang negatif dengan memberi gelar yang tidak baik adalah kurang manusiawi. Jangankan anak didik, guru pasti tidak senang diberi gelar yang tidak baik. Dalam hal ini, dapat dilakukan beberapa tips sebagai berikut:
a.       Pergunakan pujian verbal.
b.      Pergunakan tes dan nilai secara bijaksana.
c.       Membangkitkan rasa ingin tahu dan hasrat eksplorasi.
d.      Melakukan hal yang luar biasa.
e.       Merangsang hasrat anak didik.
f.       Memanfaatkan apersepsi anak didik.
g.      Terapkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam konteks yang uik dan luar biasa agar anak didik lebih terlibat dalam belajar.
h.      Minta kepada anak didik untuk mempergunakan hal-hal yang sudah dipelajari sebelumnya.
i.        Pergunakan simulasi dan permainan
j.        Perkecil daya tarik sistem motivasi yang bertentangan.
k.      Perkecil Konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan terhadap anak didik dari keterlibatannya dalam belajar.[14]


















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Secara etimologi, istilah Motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere yang berarti menggerakkan (to move). Adapun secara istilah pengertian motivasi telah banyak dijelaskan oleh para ahli yang pada dasarnya dapat diartikan suatu keinginan dan kemauan individu untuk mencurahkan segala upaya dalam mencapai tujuan atau hasil tertentu. Motivasi dalam proses belajar sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupahasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, dan harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsik-nya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.
Sebagai guru, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa dalam pelajaran fisika. Seperti penciptaan iklim belajar yang terbuka dan positif dengan menitikberatkan pada kebutuhan siswa saat ini, membuat siswa aktif berpartisipasi dalam pembelajaran dan mengaitkan pembelajaran fisika dengan kehidupan sehari-hari, dan tips-tips lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam belajar fisika.
Menurut De Decce dan Grawford(1974) dalam bukunya Syaiful Bahri Djamarah disebutkan ada empat fungsi guru sebagai pengajar yang berhubungan dengan cara pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar anak didik, hal ini dapat dikatakan sebagai upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Yaitu dengan cara menggairahkan anak didik, memberikan harapan realistis, memberikan insentif, dan mengarahkan perilaku anak didik






DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Jamaris, Martini. 2013. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
Santrock,John W. 2011. PsikologiPendidikan. Jakarta: Salemba Humanika.
Sutikno, M.S. 2007. Menggagas Pembelajaran Efektif dan Bermakna. Mataram: NTPPress
Uno, B. Hamzah. 2008. Teori Motivasi & Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.



[1] Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 23
[2] Suparmin, Motivasi dan Etos kerja (Jakarta: DEPAG RI, 2003), hlm. 6-7.
[3] Saiful B. Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hlm. 148.
[4]John W. Santrock, PsikologiPendidikan, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), hlm. 204
[5]Ibid
[6]Saiful B. Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hlm.151
[7]John W. Santrock, psikologipendidikan, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011, hlm. 209
[8]Ibid
[9] Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 23
[10] Sutikno, M.S, Menggagas Pembelajaran Efektif dan Bermakna, (Mataram: NTPPress, 2007), hlm.
[11] Martini Jamaris, Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2013), hlm. 179
[12]Discovery Learning  adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.
[13] Metode  brain storming adalah  teknik mengajar yang dilaksanakan guru dengan cara melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru, kemudian siswa menjawab, menyatakan pendapat, atau memberi komentar sehingga memungkinkan masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru.
[14] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hlm. 168

Tidak ada komentar:

Posting Komentar